JAKARTA - Kondisi geopolitik yang tidak stabil membuat kinerja sektor-sektor vital seperti perdagangan, pertambangan, hingga konstruksi belum berakselerasi kencang. Dampaknya permintaan kendaraan niaga cenderung landai. Tekanan makin dirasakan agen pemegang merk (APM) dimana pasar diwarnai fenomena impor truk asal Tiongkok.
Menurut Sales & Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Aji Jaya, sektor logistik masih menjadi tumpuan utama yang menopang penjualan kendaraan niaga. ”Kalau dibandingkan dengan 2024, pasar secara keseluruhan memang masih turun. Tapi sektor logistik menjadi yang paling stabil,” ujar Aji.
Dia menambahkan, pergerakan di sektor logistik mulai menunjukkan tanda positif menjelang akhir tahun, terutama karena peningkatan aktivitas distribusi barang menjelang momen Lebaran dan Natal. “Biasanya November–Desember sudah ada pergerakan pasar. Harapannya dua bulan terakhir ini bisa memberikan dorongan tambahan untuk pasar kendaraan komersial,” katanya.
Perkebunan-Manufaktur
Selain itu, sektor perkebunan dan manufaktur juga mulai menunjukkan sinyal positif, terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas seperti kelapa sawit. Menurut Aji, saat harga sawit membaik, pelaku usaha cenderung meningkatkan investasi pada kendaraan niaga untuk mendukung distribusi dan produksi. “Kalau sawitnya bagus, investasinya juga meningkat. Biasanya mereka masuk ke sektor logistik, plantation, dan manufaktur,” ujarnya.
Impor truk asal Tiongkok yang marak di pasar kendaraan komersial juga disorot. Aji menilai kondisi tersebut telah menciptakan persaingan yang tidak adil dan berdampak langsung terhadap penurunan penjualan.
Gunakan Standar Emisi Lama
Menurut dia, ketimpangan persaingan terjadi karena adanya sejumlah kendaraan asal Tiongkok yang dijual tanpa memenuhi regulasi pemerintah. Dia mencontohkan, beberapa merek masih menggunakan standar emisi lama, sementara produsen lain diwajibkan mengikuti aturan Euro 4.
”Kami selaku pelaku industri tentu mengikuti apa regulasi yang ditetapkan pemerintah. Namun kalau teman-teman lihat waktu ada pameran beberapa waktu lalu, ada brand Tiongkok yang ikut dan pamerkan kendaraannya tidak sesuai, seperti masih Euro 2, atau Euro 3, juga ada yang desainnya tidak sesuai. Itu kan tidak sesuai aturan, padahal kita diwajibkan Euro 4,” jelasnya.
Penjualan Turun
Dampak dari masuknya truk impor Tiongkok terasa signifikan terhadap performa penjualan di pasar kendaraan komersial. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan wholesales kendaraan komersial nasional sepanjang Januari–Agustus 2025 tercatat 39.919 unit, turun 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 43.043 unit.
Adapun penjualan Mitsubishi Fuso di segmen light duty, medium duty, dan tractor head mencapai 15.702 unit, turun 11,4 persen dibanding periode Januari–Agustus 2024 yang mencatat 17.727 unit.
“Kami berharap ada tindakan nyata agar pasar kendaraan komersial bisa kembali sehat dan kompetitif, tentunya tetap memperhatikan keselamatan dan regulasi yang berlaku,” pungkasnya. (agf/dio)



