Loading...
Jumat Kliwon, 14 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
Ekonomi Bisnis
Home
›Ekonomi Bisnis

Pabrik Baja Perluas Pasar Ekspor

Editor-Ekonomi Bisnis
8 November 2025
CARI PELUANG: Karyawan PT Gunawan Dianjaya Steel melakukan pelabelan pelat baja di fasilitas produksi Surabaya Jumat (7/11).
Klik untuk perbesar
M Salsabyl Adn/Jawa Pos

CARI PELUANG: Karyawan PT Gunawan Dianjaya Steel melakukan pelabelan pelat baja di fasilitas produksi Surabaya Jumat (7/11).

SURABAYA – Pelaku industri baja masih terus menyasar pasar ekspor baru meskipun, di tengah tekanan harga. Bahkan, beberapa perusahaan menyatakan rugi karena harga jual lebih rendah daripada beban pokok mereka.

Direktur Gunawan Dianjaya Steel (GDS) Hadi Sutjipto mengatakan, pertumbuhan industri baja di tanah air masih ada di beberapa bagian. Namun, keuntungannya tergerus karena harga jual yang terus jatuh. ’’Baja termasuk komoditas yang harganya ditentukan pemimpin pasar global. Jadi, kami tidak bisa menentukan harga sendiri,’’ tuturnya saat public expose di Surabaya Jumat (7/11).

Hal tersebut terlihat dari catatan kinerja emiten berkode GDST per September 2025. Untuk ekspor, perseroan mencatatkan volume penjualan steel plate sebanyak sebanyak 10.842 metrik ton (MT). Angka tersebut, tumbuh 317 persen dibandingkan volume penjualan ada periode yang sama tahun lalu sebesar 2.594 MT.

Di pasar domestik, penjualan steel plate juga naik sebanyak 2,47 persen. Sedangkan, sales baja setengah jadi turun 79 persen, dari 29.542 MT menjadi 6.013 MT. “Yang jadi masalah, harga jual memang turun. Untuk pasar ekspor, harga per ton sudah turun 17,99 persen. Untuk produk domestik, terkoreksi di kisaran 2-15 persen,’’ paparnya.

Untuk mengatasi tekanan tersebut, perseroan memperluas pasar ekspor. Tahun ini, mereka berhasil menembus pasar baru di Asia. Yakni, Korea Selatan dan Filipina. Biasanya, mereka hanya menjual ke Malaysia dan Singapura. Hal tersebut membuat kontribusi ekspor mencapai 6,5 persen dari total penjualan.

Tekanan lebih berat justru dirasakan oleh produsen baja panjang alias long steel. Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk Andy Soesanto menjelaskan, penjualannya dalam sembilan bulan 2025 turun sebanyak 9,87 persen menjadi Rp 87,7 miliar.

Dia menyebutkan, kondisi industri saat ini sedang anjlok. Hal tersebut karena tekanan dari berbagai sudut. Misalnya, penyerapan output produk yang sempat mandek. Tak seperti steel plate yang digunakan untuk berbagai infrastruktur. Sedangkan, produk baja panjang hanya terserap untuk pondasi bangunan. “Banyak proyek pengembangan properti di awal tahun berdampak besar bagi penjualan,” tuturnya.

Baca Juga

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Di sisi lain, pemerintah baru saja mengumumkan moratorium impor limbah metal alias scrap metal. Hal itu buntut kasus radiasi di Cikande Oktober lalu. Padahal, sebagian besar produsen baja tulangan menggunakan bahan baku tersebut. Harga jual saat ini pun lebih rendah dari beban pokok.

(bil/dio)

Bagikan artikel ini

Most Read

1

Produsen Smartphone Tiongkok Incar Market Gaming di Jawa Timur

Ekonomi Bisnis
2

Chery Perkuat Pasar EV dengan Luncurkan J6T

Ekonomi Bisnis
3

Rayakan HUT Ke-7, LAKUEMAS Gelar Golden Days: Kapan Lagi Jual Emas Malah Dapat Emas

Ekonomi Bisnis
4

Pabrik Petrokimia Terbesar ASEAN Telan Investasi Rp 64 T

Ekonomi Bisnis
5

Pabrik Baja Perluas Pasar Ekspor

Ekonomi Bisnis

Berita Terbaru

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Ekonomi Bisnis•24 menit yang lalu
Pelaku Bisnis Komponen Bangunan Perluas Pemasaran ke Daerah

Pelaku Bisnis Komponen Bangunan Perluas Pemasaran ke Daerah

Ekonomi Bisnis•23 jam yang lalu
Home
›Ekonomi Bisnis
›Pabrik Baja Perluas Pasar Ekspor
CARI PELUANG: Karyawan PT Gunawan Dianjaya Steel melakukan pelabelan pelat baja di fasilitas produksi Surabaya Jumat (7/11).
Ekonomi Bisnis

Pabrik Baja Perluas Pasar Ekspor

Editor-8 November 2025
Klik untuk perbesar

CARI PELUANG: Karyawan PT Gunawan Dianjaya Steel melakukan pelabelan pelat baja di fasilitas produksi Surabaya Jumat (7/11).

M Salsabyl Adn/Jawa Pos

Bagikan artikel ini

SURABAYA – Pelaku industri baja masih terus menyasar pasar ekspor baru meskipun, di tengah tekanan harga. Bahkan, beberapa perusahaan menyatakan rugi karena harga jual lebih rendah daripada beban pokok mereka.

Direktur Gunawan Dianjaya Steel (GDS) Hadi Sutjipto mengatakan, pertumbuhan industri baja di tanah air masih ada di beberapa bagian. Namun, keuntungannya tergerus karena harga jual yang terus jatuh. ’’Baja termasuk komoditas yang harganya ditentukan pemimpin pasar global. Jadi, kami tidak bisa menentukan harga sendiri,’’ tuturnya saat public expose di Surabaya Jumat (7/11).

Hal tersebut terlihat dari catatan kinerja emiten berkode GDST per September 2025. Untuk ekspor, perseroan mencatatkan volume penjualan steel plate sebanyak sebanyak 10.842 metrik ton (MT). Angka tersebut, tumbuh 317 persen dibandingkan volume penjualan ada periode yang sama tahun lalu sebesar 2.594 MT.

Di pasar domestik, penjualan steel plate juga naik sebanyak 2,47 persen. Sedangkan, sales baja setengah jadi turun 79 persen, dari 29.542 MT menjadi 6.013 MT. “Yang jadi masalah, harga jual memang turun. Untuk pasar ekspor, harga per ton sudah turun 17,99 persen. Untuk produk domestik, terkoreksi di kisaran 2-15 persen,’’ paparnya.

Untuk mengatasi tekanan tersebut, perseroan memperluas pasar ekspor. Tahun ini, mereka berhasil menembus pasar baru di Asia. Yakni, Korea Selatan dan Filipina. Biasanya, mereka hanya menjual ke Malaysia dan Singapura. Hal tersebut membuat kontribusi ekspor mencapai 6,5 persen dari total penjualan.

Tekanan lebih berat justru dirasakan oleh produsen baja panjang alias long steel. Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk Andy Soesanto menjelaskan, penjualannya dalam sembilan bulan 2025 turun sebanyak 9,87 persen menjadi Rp 87,7 miliar.

Dia menyebutkan, kondisi industri saat ini sedang anjlok. Hal tersebut karena tekanan dari berbagai sudut. Misalnya, penyerapan output produk yang sempat mandek. Tak seperti steel plate yang digunakan untuk berbagai infrastruktur. Sedangkan, produk baja panjang hanya terserap untuk pondasi bangunan. “Banyak proyek pengembangan properti di awal tahun berdampak besar bagi penjualan,” tuturnya.

Baca Juga

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Di sisi lain, pemerintah baru saja mengumumkan moratorium impor limbah metal alias scrap metal. Hal itu buntut kasus radiasi di Cikande Oktober lalu. Padahal, sebagian besar produsen baja tulangan menggunakan bahan baku tersebut. Harga jual saat ini pun lebih rendah dari beban pokok.

(bil/dio)

Most Read

1

Produsen Smartphone Tiongkok Incar Market Gaming di Jawa Timur

Ekonomi Bisnis
2

Chery Perkuat Pasar EV dengan Luncurkan J6T

Ekonomi Bisnis
3

Rayakan HUT Ke-7, LAKUEMAS Gelar Golden Days: Kapan Lagi Jual Emas Malah Dapat Emas

Ekonomi Bisnis
4

Pabrik Petrokimia Terbesar ASEAN Telan Investasi Rp 64 T

Ekonomi Bisnis
5

Pabrik Baja Perluas Pasar Ekspor

Ekonomi Bisnis

Berita Terbaru

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Kemendag Dorong Reformasi Logistik

Ekonomi Bisnis•24 menit yang lalu
Pelaku Bisnis Komponen Bangunan Perluas Pemasaran ke Daerah

Pelaku Bisnis Komponen Bangunan Perluas Pemasaran ke Daerah

Ekonomi Bisnis•23 jam yang lalu

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001