BAGI Diki Firmansyah, ular bukan sekadar hewan eksotis. Sejak 2005, reptil sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dia mengawali semuanya hanya dari rasa penasaran dan hobi. ’’Dari dulu memang suka hewan. Lama-lama tertarik sama reptil, terutama ular,’’ katanya. Ular pertama yang dipelihara adalah reticulatus python. Di situlah dia mulai belajar memahami karakter ular secara langsung. Hampir setiap hari dia berinteraksi, menyentuh, mengangkat, dan memperhatikan gerak- geriknya. ’’Saya sering ajak interaksi, biar tahu sifat alaminya,’’ lanjutnya. Berkat cara ini pula, kata Diki, ular jadi cepat jinak. ’’Jadi harus konsisten disentuh, diajak ngobrol. Jangan cuma disimpan di kandang,’’ imbuhnya.
Jenis Retic Paling Istimewa
Saat ini, Diki memelihara berbagai jenis ular. Namun tetap saja, reticulatus python atau retic menjadi favoritnya. Dari sekian banyak jenis, yang paling istimewa baginya adalah leucistic retic, salah satu varian yang banyak dicari kolektor karena warnanya yang langka.
Meski tampak jinak, Diki menegaskan bahwa semua hewan memiliki sifat liar yang harus dihormati. ’’Sejinak-jinaknya hewan, tetap saja bisa menggigit. Kita harus waspada. Kuncinya ya terus berinteraksi biar kita tahu kapan mereka akan menyerang,’’ jelasnya.
Pemula Wajib Belajar
Untuk pemula, Diki menyarankan mulai dari jenis ular yang aman dan mudah dirawat. ’’Corn snake paling cocok untuk pemula,’’ ucapnya.
Ada beberapa kesalahan paling umum dari pemula adalah tidak mau belajar. Banyak yang membeli ular tanpa persiapan, lalu bingung ketika hewan itu stres. ’’Ada yang dibiarkan sampai mati sia-sia. Itu yang saya sayangkan,’’ tuturnya.
Dia mengingatkan agar siapa pun yang ingin memelihara ular benar- benar mempersiapkan diri. ’’Pikirkan baik-baik dan belajar dulu. Jangan sia-siakan hewan. Mereka juga berhak hidup layaknya kita. Sayangi mereka dan ajak interaksi setiap saat,’’ tegasnya. Bagi yang masih takut pada ular, Diki berpesan singkat, ’’Kalau takut, jangan dipaksa. Tapi kalau ingin pelihara, siapkan semuanya dengan benar.’’
Aktif Pertanda Sehat, Agresif saat Stres
Perjalanan memelihara ular tidaklah mulus. Salah satunya, keluarga besar menolak ketika mengetahui Diki memelihara ular. Mereka khawatir karena reputasi ular dianggap berbahaya. ’’Awalnya jelas nggak setuju karena takut. Katanya bahaya,’’ paparnya. Dia pun harus meyakinkan keluarga sedikit demi sedikit. Meski penuh tantangan dan menegangkan, dia tetap sabar menunjukkan bahwa ular bisa dipelihara dengan aman. ’’Saya bilang ke mereka, hewan ini bisa dipelihara layaknya hewan peliharaan lain. Yang penting belajar dan paham karakternya,’’ ujar pemilik Fauna Alam Persada itu.
Perawatan Simpel
Menurut Diki, perawatan ular jauh lebih sederhana dibanding hewan lain. Ular tidak perlu dimandikan tiap hari atau diberi makan berkali-kali. ’’Cukup dijemur, diajak interaksi, dan diberi makan seminggu sekali,’’ ungkapnya. Makanan ular umumnya berupa tikus dan burung.
Soal kondisi ular, dia menyebut tanda sehat bisa terlihat dari gerakannya. ’’Ular sehat itu aktif. Kalau stres biasanya lebih agresif,’’ katanya. (ana/ai)

