SURABAYA - Harga emas global kembali melemah ke sekitar USD 3.970 per ounce. Tren bearish yang masih dominan itu disebabkan oleh menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) alias USD akibat dorongan data ekonomi Negeri Paman Sam.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, harga emas (XAU/USD) kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Kamis (6/11). Pelemahan itu dipicu oleh penguatan USD, meskipun ketidakpastian politik di AS masih menjaga minat investor terhadap aset safe haven.
’’Dari sisi teknikal. emas menunjukkan kecenderungan bearish yang semakin kuat. Jika tekanan berlanjut, maka harga emas berpotensi turun hingga ke level USD 3.818. Bila harga batal jatuh, dia melihat peluang kenaikan terdekat berada di sekitar USD 3.996,’’ terangnya kemarin (7/11).
Dari sisi fundamental, pasar tengah merespons sejumlah data ekonomi AS yang menunjukkan hasil positif. Laporan ketenagakerjaan sektor swasta versi automatic data processing (ADP) mencatat peningkatan sebesar 42 ribu pada Oktober. Berbalik dari penurunan 29 ribu di bulan sebelumnya. Angka tersebut menandakan adanya stabilisasi di pasar tenaga kerja setelah melemah selama dua bulan berturut-turut.
Kinerja tenaga kerja yang solid tersebut memperkuat posisi USD. Sebaliknya, hal itu menjadi faktor utama pelemahan emas. Pasalnya, emas tidak memberikan imbal hasil yang setara dengan dolar AS. Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sebesar enam basis poin menjadi 4,15 persen memperlemah daya tarik emas. Serta, imbal hasil riil yang meningkat hingga 1,86 persen. (bil/dio)



