Siswa kelas VIII SMP Al Falah Darussalam M. Apta Wibisana dalam sebulan berhasil mengembangkan aplikasi game Semar yang memuat edukasi tentang energi terbarukan. Gara-gara aplikasi itu dia berkesempatan masuk langsung ke SMA Taruna Nusantara tanpa tes.
Ahmad Rezatriya Belani, Sidoarjo
Game SEMAR memiliki tiga level. Setiap level mengambil tema satu jenis bioenergi berbeda. Yakni bioetanol, biogas, dan biodiesel. Level pertama, misalnya, pemain diajak membuat bioetanol dari sampah buah. Pemain harus mengumpulkan kulit buah yang mengandung gula. Lalu mempelajari cara fermentasi dan distilasi sederhana menggunakan kaleng bekas dan selang.
Game dibuat interaktif. Siswa diarahkan oleh tokoh bernama Semar dalam game untuk merancang alat yang bisa digunakan membuat energi terbarukan. ”Setiap selesai tantangan, Semar akan memberi penjelasan langkah-langkahnya. Jadi anak-anak belajar sains tanpa merasa digurui,” kata Apta.
Apta mengungkapkan, Semar akronim dari sutainable energy management and renewable resource. Game itu bermula dari Lomba Karya Ilmiah Pelajar (LKIP) Nasional di SMA Taruna Nusantara. ”Temanya soal energi terbarukan saya mencoba mencari ide membuat soal apa dan kepikiran buat game saja,” kata remaja 13 tahun itu.
Nama Semar juga dipakai juga untuk memperkenalkan tokoh pewayangan di kalangan gen alpha, seperti anak-anak seusia dia. ”Anak-anak Gen Alpha sekarang banyak yang bahkan tidak tahu siapa Semar. Jadi lewat game ini, saya ingin mengenalkan karakter wayang sekaligus mengajarkan bioenergi,” ujarnya.
Apta mengatakan pembuatan game memakan waktu sekitar tiga minggu. Apta merancang tampilan awal menggunakan Canva, lalu mengembangkan interaktivitasnya lewat platform Sigma, sebuah situs yang memungkinkan pengguna membuat game sederhana berbasis klik. Dia membuat semuanya seorang diri. ”Saya buat dulu elemen dan tampilan di Canva selama seminggu, lalu dua minggu berikutnya saya rakit jadi game interaktif di Sigma,” jelasnya. Siswa asal Sedati itu berkeinginan edukasi lingkungan dikemas lebih menyenangkan dan dekat dengan keseharian teman-teman sebayanya.
Dalam lomba LKIP itu Apta berhasil mendapatkan golden ticket untuk masuk ke SMA Taruna Nusantara tanpa seleksi. ”Alhamdullilah rencana memang saya ingin masuki sekolahnya,” katanya.
Meski dikenal piawai di bidang teknologi, Apta justru bercita-cita melanjutkan pendidikan di bidang IPS dan ekonomi. ”Saya ingin ikut OSN ekonomi di SMA nanti. Rencananya kuliah di jurusan akuntansi atau manajemen, mungkin di Monash University Australia,” katanya.
Bagi Apta, kemenangan di LKIP bukan sekadar piala. Lebih dari itu, ia ingin menginspirasi pelajar lain untuk berani berkreasi dan memadukan ilmu dengan budaya. ”Saya ingin anak-anak Indonesia tahu bahwa teknologi bisa dibuat dari ide sederhana. Kalau dikemas dengan nilai budaya, hasilnya bisa jauh lebih bermakna,” ujarnya. (*/jun)



