JAKARTA - Menyambut peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025, Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan sejumlah kabar baik untuk para pendidik. Yaitu kepastian pencairan tunjangan profesi guru (TPG). Bagi guru yang lulus pendidikan profesi guru (PPG) tahun ini, anggaran TPG-nya sudah siap dicairkan mulai tahun depan.
Kepastian pencairan TPG tersebut disampaikan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno dalam kick off HGN 2025 di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (12/11). Dia menyampaikan, tahun ini Kemenag mendapatkan alokasi TPG yang sangat besar. Yaitu 95 ribuan guru.
"Jumlah tersebut meningkat 1.000 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya," katanya. Suyitno menjelaskan, kuota PPG itu sangat penting. Sebab, guru yang berhasil lolos PPG berpeluang mendapatkan TPG. Syarat utama mendapatkan TPG memang memiliki sertifikat lulus PPG.
Suyitno mengatakan, bagi guru yang lulus PPG tahun ini, pembayaran TPG-nya dilakukan mulai tahun depan. Bagi guru PNS, besaran TPG sesuai gaji pokok. Sedangkan untuk guru non PNS, besaran TPG dipatok Rp 2 juta per bulan. Sebelumnya, besaran TPG untuk guru non PNS adalah Rp 1,5 juta per bulan. Kemudian dinaikkan Rp 500 ribu oleh Presiden Prabowo Subianto.
Lebih lanjut, Suyitno mengatakan, tema HGN tahun ini adalah Teachers Day for All atau Hari Guru untuk Semua. Tema tersebut mencerminkan semangat inklusif dan lintas iman sesuai arahan Menag Nasaruddin Umar.
“Hari Guru tahun ini tidak hanya milik guru madrasah," tegasnya. Tetapi juga milik semua guru di Indonesia, lintas iman dan lintas lembaga. Suyitno menegaskan, semua guru berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Kick off HGN 2025 itu juga dihadiri Menag Nasaruddin Umar. Dia mengingatkan bahwa guru bukan sekadar pengajar ilmu. Tetapi juga penyalur cahaya bagi jiwa manusia. “Guru bukan hanya mengisi pikiran, tetapi menumbuhkan kesadaran dan meluruskan jalan berpikir," jelasnya. Nasaruddin mengatakan, dalam pandangan Islam, guru adalah warasatul anbiya atau pewaris para nabi.
Dia juga menekankan pentingnya mengintegrasikan antara ilmu dan iman dalam dunia pendidikan. Imam besar Masjid Istiqlal itu menilai bahwa pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif tanpa spiritualitas akan kehilangan arah moral. (wan/oni)



