JAKARTA - Keputusan Presiden Prabowo Subianto membentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di Kemenag mendapat banyak dukungan. Namun, pemerintah diingatkan supaya membiarkan pesantren tetap berjalan secara alami. Pesantren harus tetap menjadi lembaga pendidikan yang independen atau mandiri.
Pesan tersebut disampaikan Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk. H. Faisal Ali dalam halaqah penguatan kelembagaan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dia mengatakan, pembentukan Ditjen Pesantren itu sebagai wujud hadirnya negara untuk pesantren.
Tetapi, dia mengingatkan, peran atau posisi negara untuk pesantren tidak boleh terlalu mendalam. “Negara tidak hadir untuk mengintervensi (pesantren)," kata dia. Faisal mengatakan, sejak Indonesia belum merdeka, pesantren sudah ada dengan kekhasan sendiri. Yaitu sebuah lembaga pendidikan yang mandiri.
Kehadiran negara untuk pesantren bisa di sektor penjaminan mutu. Dengan begitu, anak-anak yang belajar di pesantren mendapatkan ilmu yang terjamin mutunya. Jaminan mutu pendidikan di lembaga pesantren itu sangat penting. Selain itu, negara bisa hadir untuk menjamin keberlanjutan ekosistem pendidikan Islam di pesantren.
Dukungan kemandirian dan peningkatan kualitas pembelajaran di pesantren juga disampaikan Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Mujiburrahman. Sebagai lembaga perguruan tinggi, mereka akan mendukung lewat riset, pengembangan kurikulum, dan inovasi pendidikan di kalangan pesantren.
Dengan segala kekhasannya, dia mengatakan, pesantren harus terus berkembang. Dia juga berharap pesantren menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi supaya bisa terus berkembang.
“Pesantren adalah pusat nilai, ilmu, dan karakter bangsa. Pesantren tumbuh dari tradisi, bergerak mandiri, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat," jelasnya. Untuk itu, kolaborasi perguruan tinggi dan pesantren akan memperkuat pendidikan Islam yang moderat dan berdaya saing.
Menurut dia, pesantren dengan kekuatan pendidikan keagamaannya juga punya andil mewujudkan generasi emas 2045. Untuk mewujudkan misi tersebut, pendidikan Islam yang ada di pesantren tidak hanya berorientasi spiritual. Tetapi juga produktif dan inovatif. (wan/oni)




