Juneka Subaihul Mufid, Tokyo
Di depan minimarket 7- Eleven Minami-Osawa, Kota Hachioji, Tokyo, terparkir dua unit robot kurir bernama Lomby Autonomous (LM-A). Bentuknya sekilas seperti kulkas mini setinggi 47 sentimeter dengan empat roda. Robot hasil kolaborasi Suzuki Motor Corporation, Lomby Inc, dan 7-Eleven Inc itu bersiap menerima pesanan layanan 7Now ke pelanggan.
Pada Selasa (28/10) siang dua pekan lalu, Jawa Pos turut menyaksikan robot yang beroperasi penuh secara otonom itu. Honda Kazuya, seorang pelanggan minimarket, memesan melalui aplikasi di ponselnya dan memilih pengantaran dengan robot yang dikembangkan sejak 2022 tersebut. Pegawai swalayan mini kemudian mengambil barang pesanan dan meletakkannya di dalam LM-A.
Robot tersebut lalu berjalan sendiri di jalur pedestrian selebar 2–3 meter untuk mencari rute sesuai tujuan. Ia bisa memindai keadaan sekitar karena memiliki sensor dan radar yang digerakkan oleh energi listrik.
Suzuki menyediakan basis unit mobilitas elektrik yang dibangun berdasarkan teknologi kursi roda listrik (electric wheelchair) yang telah teruji tangguh. Basis ini menjamin suspensi yang stabil dan aman— vital untuk manuver di area berbukit, tanjakan, dan permukaan tidak rata—sekaligus memastikan keamanan barang yang diantar. Sementara itu, Lomby Inc mengembangkan bagian atas termasuk sensor dan sistem kerjanya.
”Menggunakan teknologi yang sudah kami miliki, kami berkolaborasi dengan partner yang ingin mencari solusi masalah sosial. Di sini, orang tua banyak sekali, bayi sedikit. Proyek ini ditujukan untuk itu,” jelas Mizuki Okumura, perwakilan Business Planning Department Suzuki New Mobility Service Division yang ditemui di Minami-Osawa.
Dari badan robot yang berjalan itu terdengar “chui shite kudasai”, yang berarti mohon perhatiannya, hampir sepanjang jalan. Saat ada orang yang lewat di dekatnya, robot berhenti sejenak, lalu beranjak lagi ketika jalan di depannya kosong.
Semua itu berkat sensor, kamera 360, dan radar. Berbagai piranti tersebut membuatnya bisa mendeteksi lampu lalu lintas. Saat lampu merah, robot akan berhenti di belakang garis. Saat hijau, robot berjalan di zebra cross.
Dilengkapi Peta Lengkap
Robot itu memiliki peta lengkap wilayah Minami-Osawa, termasuk turunan dan tanjakan. Ia bisa menanjak sekitar 10 derajat di jembatan penyeberangan, turun pelan, lalu kembali ke trotoar.
CEO Lomby Inc Tomoharu Uchiyama mengungkapkan bahwa peta dasar Minami-Osawa didapatkan dari data pemerintah. Namun, mereka membuat sendiri detail jalur yang harus dilewati robot tersebut.
“Penduduk di sini banyak lansia dan banyak bukit. Sulit membawa barang dari atas ke bawah. Robot ini gebrakan kami,” ujar Uchiyama yang ditemui di kantornya di Minami-Osawa.
Jarak pengantaran robot kurir LM-A generasi kelima itu mencakup radius dua kilometer (km) dari dua minimarket yang bekerja sama. Kecepatan maksimal 6 km/jam dan hanya boleh berjalan di trotoar. Waktu pengantaran sekitar 30 menit dengan biaya sekali antar 330 yen atau sekitar Rp 35 ribu.
”Yang dipesan biasanya makan siang, makanan segar, hingga side dish,” ungkap Uchiyama.
Sejak beroperasi pada Mei 2025, robot LM-A itu sudah cukup sering dipesan untuk pengantaran barang. Angka pastinya belum dibuka oleh pihak minimarket, tetapi Uchiyama menyebut sekitar 30 persen.
”Di sekitar kawasan ini ada 25 ribuan keluarga yang bisa dijangkau,” jelas dia.
Uchiyama menambahkan, robot yang telah sampai generasi kelima itu masih terus dikembangkan. Misalnya, agar bisa menghindar bila ada orang yang kebetulan bekerja di trotoar. Untuk sementara, bila ada kendala, operator dapat mengendalikannya dari jarak jauh.
Biaya pengembangan untuk satu unit bisa mencapai 2 juta yen atau sekitar Rp 217 juta. ”Ke depan, kami juga punya proyek untuk LM-P, untuk pengantaran orang,” ungkap Uchiyama.
Persoalan Keseharian
Teknologi yang dikembangkan oleh Suzuki Motor Corporation dan Lomby Inc itu bukanlah percobaan yang muncul dari ruang hampa, sekadar untuk mengeksplorasi kecanggihan teknologi. Sebaliknya, proyek ini berangkat dari persoalan keseharian masyarakat, terutama untuk mengatasi populasi Jepang yang makin didominasi para lansia.
Setelah sekitar 20 menit, robot LM-A akhirnya berhenti di tempat yang telah ditentukan sesuai aplikasi. Kazuya, yang memesan pengantaran melalui robot itu, mendekatkan ponsel untuk memindai kode. Tempat penyimpanan pun terbuka otomatis. Kazuya mengambil pesanannya berupa aneka makanan kecil. Lantas, tempat penyimpanan tertutup kembali secara otomatis.
Sekali lagi, robot yang juga dipamerkan di Japan Mobility Show 2025 itu berhasil menuntaskan misinya sebagai kurir. Apakah akan mengancam para kurir makanan? Mungkin iya di masa mendatang. Namun, Uchiyama menyatakan, masih dibutuhkan pengembangan agar bisa diproduksi massal. ”Mudah-mudahan secepatnya,” katanya. (*/ttg)




