Loading...
Sabtu Legi, 15 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
OpiniGuru MenulisCAKJEPEJurnal Mahasiswa
Home
›Opini

Chairil Anwar Juga Ikut ’’Bertempur’’ di Surabaya

Editor-Opini
6 November 2025
Chairil Anwar Juga Ikut  ’’Bertempur’’ di Surabaya
Klik untuk perbesar

Dukut Imam Widodo, Penulis buku-buku tempo doeloe seperti Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe, Soerabaia in The Olden Days, dll

Jogjakarta, 10 November 1945: Ketika itu Konperensi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) I itu masih berlangsung. Chairil Anwar sang penyair terkenal dari Jakarta itu juga berada di sana. Ia tampil paling perlente. Celana putih dan baju putih lengan panjang yang kelihatan sangat licin habis disetrika.

Tiba-tiba, muncullah Sutan Sjahrir yang langsung menegurnya: ’’Lu ngapain ada di sini?’’

’’Kok pake nanya-nanya segala. Katanya disuruh ikut berjuang. Jadi, aku juga ikut ke Jogya,’’ jawabnya tanpa ragu.

Lalu, Chairil pun mendekati sekumpulan para wartawan, katanya: ’’Aku sudah menyiapkan pidato hebat untuk konperensi ini. Kalian mesti memuatnya di koran kalian!’’ katanya seraya memandang satu per satu wajah para wartawan. Tak ada yang menggubris!

Merasa ucapannya tidak ada yang menanggapi, Chairil pun ngeloyor pergi… ’’Wong ediaaan,’’ ujar Sasongko, wartawan koran Mataram dari Jogjakarta. Gelak tawa para wartawan pun meledak.

Sementara itu, di dalam ruangan tempat diadakannya Konperensi TKR I, semangat para pejuang terlihat begitu menyala-nyala. Kolonel Soedirman, panglima pertempuran Ambarawa, baru saja terpilih menjadi panglima besar TKR.

Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan beberapa pemimpin negeri ini terlihat meninggalkan ruangan sidang. Para panglima perang berdiri memberikan hormat kepada mereka. Di lobi gedung pertemuan itu, Chairil tampak berusaha menarik perhatian para pemuda pejuang yang sedang berkumpul di sana. Beberapa pejuang dari Jawa Timur yang mengenalnya segera menyingkir pergi. ’’Omongane arek iku nggedabrus!’’ kata mereka.

Di dalam ruang sidang itu, tampak Soemarsono sedang berbicara berapi-api di atas mimbar. Soemarsono adalah panglima perang Laskar Pesindo yang berhaluan komunis. ’’Saudara-Saudara sekalian. Perang telah meletus saat ini di Surabaya. Kita semua yang hadir di sini sekarang juga harus meninggalkan ruangan. Kita berangkat ke Surabaya!’’

Di antara para wartawan dari Jakarta, ada seorang wartawan dari surat kabar Merdeka yang bernama Cian. Cian kelihatan terpesona demi melihat pemandangan itu. Ia pun ikut melangkah ke luar.

Di halaman gedung, Soemarsono tengah membariskan anak buahnya yang kesemuanya bersenjata lengkap! Dengan suara lantang, ia pun memberikan aba-aba: ’’Ke Surabaya, barisan ma… ju jalan!’’ Barisan pun bergerak menuju Stasiun Kereta Api Tugu.

Baca Juga

Benteng Retak Keamanan Hakim

Di barisan paling belakang, ternyata Chairil Anwar yang masih tampil perlente ikut serta. ’’Bung Cian! Sebagai wartawan, Anda harus ikut ke front Surabaya! Tulislah, bagaimana aku bertempur di sana!’’

Cian terbengong dan bergumam: ’’Orang gila itu…! Astaga, dia apa tidak tahu kalau ikut barisan Pesindo?’’

***

Surabaya, 11 November 1945: Dari pelabuhan, pertempuran sudah bergeser ke arah selatan. Para pejuang bertahan di viaduct-viaduct. Di dekat situ ada barisan gerbong kereta yang dipenuhi pengungsi. Peluru-peluru meriam yang ditembakkan dari arah laut berdentuman di sekitar situ.

Wartawan Cian muncul di viaduct itu. Ia menanyai para pejuang yang sedang bertempur.

’’Hei Bung, ngliat Soemarsono?’’ Soemarsono yang dimaksud oleh Cian adalah panglima perang Laskar Pesindo. Namun, jawaban yang dia terima sungguh di luar dugaan.

’’Sopo iku Soemarsono?’’ tanya pejuang itu sambil terus menembak.

’’Heran, masak Soemarsono yang terkenal itu tidak dia ketahui?’’ tanya Cian dalam hati.

Tetapi, Cian tidak putus asa. Ia terus bertanya kepada pejuang yang lain. ’’Laskar Pesindo bertempur di sebelah mana?’’

Lagi-lagi, jawaban yang ia terima sangat mengecewakan. ’’Tidak ada pasukan macam gitu. Di sini yang bertempur semuanya adalah Arek-Arek Suroboyo!’’ kata Pejuang itu seraya melemparkan granatnya.

Cian melihat lima orang serdadu Gurkha tewas karena lemparan granat tadi. Sebuah pesawat terbang rendah sembari menembak. Pejuang pelempar granat itu tidak sempat berlindung. Dadanya pecah terkena tembakan dari pesawat. Ketika asap itu pelan-pelan lenyap dan matanya kembali bisa memandang, Cian pun membuka matanya lebar-lebar.

Betapa kagetnya Cian! Di pojokan gerbong itu, terlihat Chairil Anwar tertawa menyeringai sambil memeluk seorang perempuan muda, yang rupanya wanita nakal. Sambil terus tertawa, Chairil menegurnya. ’’Aah Bung Cian, sampai juga kemari?’’

Sungguh, Cian tidak habis berpikir. Di luar sana, para pejuang mati-matian bertempur, sementara penyair tersohor Chairil Anwar bergumul dengan wanita di dalam gerbong!

’’Ingat ya Bung Cian, yang ini jangan ditulis,’’ ujar Chairil seraya mempererat pelukannya.

’’Nanti saya ceritakan bagaimana aku berhasil menghancurkan tiga buah tank Inggris,’’ katanya pula.

Baca Juga

Dinamika Biner pada Gelar Pahlawan

Cian hanya menyeringai. Ia tahu, apa yang dikatakan Chairil itu bohong besar! ’’Bung Chairil, apakah kau melihat Soemarsono dan pasukannya?’’ tanya Cian.

’’Soemarsono? Ha... ha... si jahanam itu cuman pemain sandiwara belaka. Kau tahu, dari Jogyakarta, dia dan seluruh anak buahnya Laskar Pesindo turun di stasiun Mojokerto, terus mbalik pulang ke kampung masing-masing. Jadi, kau lihat, dari Jogyakarta cuma aku sendirian saja yang sampai di sini! Dan tidak sia-sia, tiga tank Inggris aku hancurkan dengan ini…’’ kata Chairil seraya memegang sebuah granat nanas.

Terdengar suara ledakan di luar, Chairil terlihat semakin bernafsu. Suara ledakan malah membuat syahwatnya meninggi!

Melalui pintu gerbong yang terbuka, Cian mengawasi luar. Puluhan mayat para pejuang bergelimpangan di mana-mana. ’’Aku besok harus pulang ke Jakarta. Kau bagaimana, apa masih mau tinggal di Surabaya?’’ kata Cian.

’’Oo tidak! Aku ikut kau saja!’’ jawab Chairil. Cian tahu, penyair itu tidak punya uang buat ongkos pulang ke Jakarta…

***

Tulisan ini merupakan saduran dari naskah Aku yang menceritakan perjalanan hidup dan karya penyair tersohor Chairil Anwar. Naskah ini aslinya sebuah skenario film karya Syumanjaya yang tidak jadi difilmkan, tetapi berhasil dibukukan dengan kata pengantar dari W.S. Rendra. (*)

Galeri Foto

Dukut Imam Widodo
Klik untuk perbesar

Dukut Imam Widodo

Bagikan artikel ini

Most Read

1

Mamdani Jadi Wali Kota New York, Trump Ancam Potong Dana Federal

CAKJEPE
2

Arah Jelas dan Sistematis untuk Industrialisasi Hijau Indonesia

Opini
3

OTT KPK Bupati Ponorogo

CAKJEPE
4

Chairil Anwar Juga Ikut ’’Bertempur’’ di Surabaya

Opini
5

Mafia BBM

Opini

Berita Terbaru

Benteng Retak Keamanan Hakim

Benteng Retak Keamanan Hakim

Opini•19 jam yang lalu
Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

CAKJEPE•19 jam yang lalu
Home
›Opini
›Chairil Anwar Juga Ikut ’’Bertempur’’ di Surabaya
Chairil Anwar Juga Ikut  ’’Bertempur’’ di Surabaya
Opini

Chairil Anwar Juga Ikut ’’Bertempur’’ di Surabaya

Editor-6 November 2025
Klik untuk perbesar

Bagikan artikel ini

Dukut Imam Widodo, Penulis buku-buku tempo doeloe seperti Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe, Soerabaia in The Olden Days, dll

Jogjakarta, 10 November 1945: Ketika itu Konperensi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) I itu masih berlangsung. Chairil Anwar sang penyair terkenal dari Jakarta itu juga berada di sana. Ia tampil paling perlente. Celana putih dan baju putih lengan panjang yang kelihatan sangat licin habis disetrika.

Tiba-tiba, muncullah Sutan Sjahrir yang langsung menegurnya: ’’Lu ngapain ada di sini?’’

’’Kok pake nanya-nanya segala. Katanya disuruh ikut berjuang. Jadi, aku juga ikut ke Jogya,’’ jawabnya tanpa ragu.

Lalu, Chairil pun mendekati sekumpulan para wartawan, katanya: ’’Aku sudah menyiapkan pidato hebat untuk konperensi ini. Kalian mesti memuatnya di koran kalian!’’ katanya seraya memandang satu per satu wajah para wartawan. Tak ada yang menggubris!

Merasa ucapannya tidak ada yang menanggapi, Chairil pun ngeloyor pergi… ’’Wong ediaaan,’’ ujar Sasongko, wartawan koran Mataram dari Jogjakarta. Gelak tawa para wartawan pun meledak.

Sementara itu, di dalam ruangan tempat diadakannya Konperensi TKR I, semangat para pejuang terlihat begitu menyala-nyala. Kolonel Soedirman, panglima pertempuran Ambarawa, baru saja terpilih menjadi panglima besar TKR.

Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan beberapa pemimpin negeri ini terlihat meninggalkan ruangan sidang. Para panglima perang berdiri memberikan hormat kepada mereka. Di lobi gedung pertemuan itu, Chairil tampak berusaha menarik perhatian para pemuda pejuang yang sedang berkumpul di sana. Beberapa pejuang dari Jawa Timur yang mengenalnya segera menyingkir pergi. ’’Omongane arek iku nggedabrus!’’ kata mereka.

Di dalam ruang sidang itu, tampak Soemarsono sedang berbicara berapi-api di atas mimbar. Soemarsono adalah panglima perang Laskar Pesindo yang berhaluan komunis. ’’Saudara-Saudara sekalian. Perang telah meletus saat ini di Surabaya. Kita semua yang hadir di sini sekarang juga harus meninggalkan ruangan. Kita berangkat ke Surabaya!’’

Di antara para wartawan dari Jakarta, ada seorang wartawan dari surat kabar Merdeka yang bernama Cian. Cian kelihatan terpesona demi melihat pemandangan itu. Ia pun ikut melangkah ke luar.

Di halaman gedung, Soemarsono tengah membariskan anak buahnya yang kesemuanya bersenjata lengkap! Dengan suara lantang, ia pun memberikan aba-aba: ’’Ke Surabaya, barisan ma… ju jalan!’’ Barisan pun bergerak menuju Stasiun Kereta Api Tugu.

Baca Juga

Benteng Retak Keamanan Hakim

Di barisan paling belakang, ternyata Chairil Anwar yang masih tampil perlente ikut serta. ’’Bung Cian! Sebagai wartawan, Anda harus ikut ke front Surabaya! Tulislah, bagaimana aku bertempur di sana!’’

Cian terbengong dan bergumam: ’’Orang gila itu…! Astaga, dia apa tidak tahu kalau ikut barisan Pesindo?’’

***

Surabaya, 11 November 1945: Dari pelabuhan, pertempuran sudah bergeser ke arah selatan. Para pejuang bertahan di viaduct-viaduct. Di dekat situ ada barisan gerbong kereta yang dipenuhi pengungsi. Peluru-peluru meriam yang ditembakkan dari arah laut berdentuman di sekitar situ.

Wartawan Cian muncul di viaduct itu. Ia menanyai para pejuang yang sedang bertempur.

’’Hei Bung, ngliat Soemarsono?’’ Soemarsono yang dimaksud oleh Cian adalah panglima perang Laskar Pesindo. Namun, jawaban yang dia terima sungguh di luar dugaan.

’’Sopo iku Soemarsono?’’ tanya pejuang itu sambil terus menembak.

’’Heran, masak Soemarsono yang terkenal itu tidak dia ketahui?’’ tanya Cian dalam hati.

Tetapi, Cian tidak putus asa. Ia terus bertanya kepada pejuang yang lain. ’’Laskar Pesindo bertempur di sebelah mana?’’

Lagi-lagi, jawaban yang ia terima sangat mengecewakan. ’’Tidak ada pasukan macam gitu. Di sini yang bertempur semuanya adalah Arek-Arek Suroboyo!’’ kata Pejuang itu seraya melemparkan granatnya.

Cian melihat lima orang serdadu Gurkha tewas karena lemparan granat tadi. Sebuah pesawat terbang rendah sembari menembak. Pejuang pelempar granat itu tidak sempat berlindung. Dadanya pecah terkena tembakan dari pesawat. Ketika asap itu pelan-pelan lenyap dan matanya kembali bisa memandang, Cian pun membuka matanya lebar-lebar.

Betapa kagetnya Cian! Di pojokan gerbong itu, terlihat Chairil Anwar tertawa menyeringai sambil memeluk seorang perempuan muda, yang rupanya wanita nakal. Sambil terus tertawa, Chairil menegurnya. ’’Aah Bung Cian, sampai juga kemari?’’

Sungguh, Cian tidak habis berpikir. Di luar sana, para pejuang mati-matian bertempur, sementara penyair tersohor Chairil Anwar bergumul dengan wanita di dalam gerbong!

’’Ingat ya Bung Cian, yang ini jangan ditulis,’’ ujar Chairil seraya mempererat pelukannya.

’’Nanti saya ceritakan bagaimana aku berhasil menghancurkan tiga buah tank Inggris,’’ katanya pula.

Baca Juga

Dinamika Biner pada Gelar Pahlawan

Cian hanya menyeringai. Ia tahu, apa yang dikatakan Chairil itu bohong besar! ’’Bung Chairil, apakah kau melihat Soemarsono dan pasukannya?’’ tanya Cian.

’’Soemarsono? Ha... ha... si jahanam itu cuman pemain sandiwara belaka. Kau tahu, dari Jogyakarta, dia dan seluruh anak buahnya Laskar Pesindo turun di stasiun Mojokerto, terus mbalik pulang ke kampung masing-masing. Jadi, kau lihat, dari Jogyakarta cuma aku sendirian saja yang sampai di sini! Dan tidak sia-sia, tiga tank Inggris aku hancurkan dengan ini…’’ kata Chairil seraya memegang sebuah granat nanas.

Terdengar suara ledakan di luar, Chairil terlihat semakin bernafsu. Suara ledakan malah membuat syahwatnya meninggi!

Melalui pintu gerbong yang terbuka, Cian mengawasi luar. Puluhan mayat para pejuang bergelimpangan di mana-mana. ’’Aku besok harus pulang ke Jakarta. Kau bagaimana, apa masih mau tinggal di Surabaya?’’ kata Cian.

’’Oo tidak! Aku ikut kau saja!’’ jawab Chairil. Cian tahu, penyair itu tidak punya uang buat ongkos pulang ke Jakarta…

***

Tulisan ini merupakan saduran dari naskah Aku yang menceritakan perjalanan hidup dan karya penyair tersohor Chairil Anwar. Naskah ini aslinya sebuah skenario film karya Syumanjaya yang tidak jadi difilmkan, tetapi berhasil dibukukan dengan kata pengantar dari W.S. Rendra. (*)

Galeri Foto

Dukut Imam Widodo
Klik untuk perbesar

Dukut Imam Widodo

Most Read

1

Mamdani Jadi Wali Kota New York, Trump Ancam Potong Dana Federal

CAKJEPE
2

Arah Jelas dan Sistematis untuk Industrialisasi Hijau Indonesia

Opini
3

OTT KPK Bupati Ponorogo

CAKJEPE
4

Chairil Anwar Juga Ikut ’’Bertempur’’ di Surabaya

Opini
5

Mafia BBM

Opini

Berita Terbaru

Benteng Retak Keamanan Hakim

Benteng Retak Keamanan Hakim

Opini•19 jam yang lalu
Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

CAKJEPE•19 jam yang lalu

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001