Kondisishockbreaker mobil yang mulai melemah kerap mendorong pemilik mencari cara ekonomis mengembalikan kenyamanan saat berkendara. Cermati caranya agar tidak salah langkah.
Salah satu metode ekonomis untuk mengembalikan performa shockbreaker adalah suntik. Caranya dengan mengisi ulang cairan atau gas ke dalam tabung shockbreaker. Tujuannya untuk memulihkan tekanan serta kemampuan daya redam. Namun, muncul pertanyaan penting untuk dipertimbangkan. Yakni, apakah suntik shockbreaker dapat menawarkan daya tahan optimal. Atau hanya berfungsi sebagai solusi sementara yang menunda kerusakan lebih serius di masa depan?
Suntik shockbreaker mobil adalah metode perbaikan yang dilakukan dengan cara menambah oli atau gas ke dalam tabung shock untuk mengembalikan tekanan dan kemampuan redamannya. Tujuannya agar shockbreaker yang mulai melemah dapat kembali bekerja seperti semula.
Dari segi biaya, suntik shockbreaker tergolong lebih murah dibanding penggantian shock baru. Harga suntik shockbreaker mobil umumnya antara Rp150 ribu-Rp 300 ribu per shock. Penentuan harga juga tergantung jenis mobil dan tingkat kerusakannya.
Sebagai perbandingan, harga shockbreaker baru untuk mobil harian bisa mencapai Rp 400 ribu-Rp1 juta per unit. Namun, suntik shockbreaker hanya efektif untuk kerusakan ringan. Misalnya saat daya redam mulai menurun, tetapi belum terjadi kebocoran besar atau kerusakan mekanis pada batang dan seal. Jika shock sudah bocor parah, aus, atau tabung penyok, maka penyuntikan tidak akan memberikan hasil maksimal. Satu-satunya pilihan adalah menggantinya dengan yang baru.
Perhatikan Daya Tahan
Secara umum, usia pakai shockbreaker hasil suntik hanya bertahan sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Tergantung kondisi jalan dan gaya berkendara. Efek penyuntikan cenderung sementara karena cairan tambahan perlahan berkurang seiring waktu. Sementara itu, shockbreaker baru memiliki umur pakai rata-rata 3–5 tahun dengan performa peredaman yang lebih konsisten.
Mengganti shock baru dari segi keamanan jauh lebih aman dibanding suntik. Komponen baru tidak hanya menjamin kenyamanan berkendara yang maksimal, tetapi juga membantu menjaga stabilitas kendaraan. Terutama saat menikung atau mengerem mendadak. Shock yang lemah dapat membuat roda kehilangan traksi dan memperpanjang jarak pengereman. Untuk itulah, mengganti shock baru menjadi investasi penting untuk keselamatan jangka panjang.
Baca Juga
SUV Listrik Kedua dari Porsche Segera Hadir, Siapkan Dua Momen Perdana untuk Cayenne Electric
Penting Bagi Pembeli Mobil Bekas
Salah satu komponen penting yang harus diperhatikan saat membeli mobil bekas adalah shockbreaker. Kondisi shock yang sudah lemah bisa mempengaruhi kenyamanan dan keamanan berkendara. Biaya perbaikan pun bertambah. Ada baiknya Anda mengecek kondisi shockbreaker mobil bekas sebelum memutuskan membeli.
Salah satu caranya dengan menekan bodi mobil ke bawah pada bagian depan atau belakang mobil, lalu lepaskan. Jika bodi memantul lebih dari satu kali, artinya shockbreaker sudah lemah. Selain itu, cek area sekitar batang shock. Jika terlihat basah atau ada rembesan oli, kemungkinan shock sudah bocor dan perlu diganti.
Amati tinggi dan posisi mobil. Jika miring ke satu sisi, bisa menjadi tanda salah satu shockbreaker sudah tidak berfungsi dengan baik. Rasakan juga apakah mobil terlalu limbung di tikungan atau terasa memantul berlebihan saat melewati jalan bergelombang. Ini menandakan shock sudah tidak mampu meredam dengan optimal.
Perhatikan Suara Dug-dug
Suara dug-dug atau kletek saat mobil melewati jalan tidak rata bisa menjadi indikasi kerusakan pada shock atau per. Dengan memeriksa shockbreaker secara teliti sebelum membeli mobil bekas, Anda bisa menghindari biaya perbaikan tambahan.
Meskipun biaya suntik shockbreaker jauh lebih murah, solusi terbaik menjaga performa dan kenyamanan kendaraan tetap optimal adalah dengan mengganti shockbreaker baru. Shock baru memberikan daya redam yang stabil, usia pakai lebih panjang, dan mencegah risiko kerusakan mendadak pada sistem suspensi dan pengereman. (*)



