JAKARTA — Pemerintah mencatat lonjakan besar investasi hilirisasi sepanjang Januari–September 2025. Total realisasi mencapai Rp 431,4 triliun, melejit 58,1 persen dibanding periode sama tahun lalu. Kenaikan tajam itu tak lepas dari kebijakan larangan ekspor bahan mentah serta keharusan pengolahan awal dilakukan di dalam negeri.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menegaskan hilirisasi kini menjadi poros utama transformasi ekonomi nasional. “Kita sudah masuk ke kebijakan yang tidak lagi mengizinkan sumber daya alam diekspor dalam bentuk raw material. Setidaknya proses tier pertama harus dilakukan di dalam negeri,” ujarnya di Jakarta Jumat (21/11).
Hilirisasi 28 Komoditas
Pemerintah telah menyusun peta jalan hilirisasi yang mencakup 28 komoditas prioritas dalam delapan kelompok besar. Skema ini dipakai untuk menarik investasi berorientasi ekspor sekaligus memastikan nilai tambah tetap tinggal di dalam negeri.
Sektor mineral masih menjadi penyumbang terbesar realisasi investasi hilirisasi, disusul perkebunan–kehutanan, migas, dan perikanan. “Tahun lalu totalnya hanya sekitar Rp 42,9 triliun. Kenaikan tahun ini membuktikan bahwa hilirisasi memberikan impact langsung pada peningkatan investasi nasional,” tuturnya.
Dengan pasar domestik lebih dari 280 juta penduduk dan posisi geografis strategis, Todotua menyebutkan bahwa Indonesia berada pada titik ideal sebagai pusat industrialisasi baru. “Kita berada pada backbone geopolitik timur–barat dan utara–selatan,” ujarnya.
Nikel Paling Siap
Rantai industri nikel disebut sebagai yang paling matang, dari smelter sampai baterai. Pemerintah kini fokus memperkuat hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah agar rantai pasok domestik tidak timpang. Todotua mengingatkan pembangunan smelter harus dikontrol agar tidak memicu overcapacity.
Di sektor energi, pemerintah mempercepat proyek gasifikasi batu bara untuk mengurangi impor bahan baku strategis. Ia mencontohkan proyek coal to synthetic gas milik Bukit Asam bersamaPusri. “Impor metanol kita masih 2,2 sampai 3 juta ton, padahal gas dan batu bara kita punya. Permintaan meningkat karena program B40,” jelasnya.
Dampak Ekonomi hingga 2040
Pemerintah menghitung rangkaian hilirisasi tersebut akan menghasilkan dampak ekonomi besar hingga 2040. Yaitu, investasi USD 618 miliar, nilai tambah USD 235,9 miliar, ekspor kumulatif USD 857 miliar, serta penciptaan lebih dari tiga juta lapangan kerja.
”Hilirisasi adalah strategi agar Indonesia tidak lagi berada pada posisi sebagai negara pengekspor bahan mentah, tetapi menjadi pemain utama dalam rantai nilai global,” pungkasnya. (agf/dio)



