AWAL November tahun ini menjadi momen bersejarah bagi Kerajaan Bhutan. Yang Mulia Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema Wangchuck dianugerahi Hadrian Award 2025 oleh World Monuments Fund (WMF) atas kepemimpinan luar biasa mereka dalam melestarikan warisan budaya dan spiritual Bhutan.
Penghargaan tersebut diumumkan dalam Gala Hadrian tahunan ke-36 di Kuil Dendur, Metropolitan Museum of Art, New York. Bhutan diwakili oleh Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Pema Lektup Dorji. Sementara Raja dan Ratu Bhutan menyampaikan pesan video pra-rekaman yang hangat dari Thimphu.
Di balik penghargaan internasional yang gemilang itu, perhatian publik dunia tertuju pada sosok lembut sang ratu, Jetsun. Dia dikenal sebagai The Dragon Queen atau Ratu Naga. Perempuan kelahiran 4 Juni 1990 itu memang menaruh minat besar pada sejarah, seni, dan geografi.
Setelah lulus SMA pada 2008, Jetsun melanjutkan studi di Regent’s University London, mengambil jurusan Hubungan Internasional dengan minor Psikologi dan Sejarah Seni. Fasih berbahasa Dzongkha, Hindi, dan Inggris, Jetsun tumbuh menjadi sosok yang siap mewakili Bhutan di panggung dunia.
Jetsun yang menikah dengan Raja Jigme Khesar pada 13 Oktober 2011 itu juga memiliki dedikasi pada pelestarian budaya Bhutan. Di bawah bimbingannya, Bhutan meluncurkan Proyek Museum Bhutan, sebuah inisiatif nasional untuk menghidupkan kembali jaringan museum di seluruh negeri.
Visi sang ratu sederhana namun kuat. Yakni, menjadikan budaya sebagai pengalaman yang dihidupkan, bukan sekadar dipamerkan. Museum-museum kini dirancang sebagai ruang belajar interaktif bagi generasi muda. ”Budaya adalah napas dari kebangsaan kita,” tutur Jetsun. (lyn/dns)



