KENAIKAN harga bahan pokok kembali menjadi sorotan masyarakat. Di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, harga sejumlah barang kebutuhan sehari-hari menun juk kan tren peningkatan. Ber dasarkan pengamat an di bebe rapa supermarket di Surabaya, harga ayam dan beras menjadi dua komoditas yang mengalami ke naikan cukup mencolok. Kenai kan ini tidak hanya me mengaruhi daya beli masya rakat, tetapi juga menggambarkan betapa rentannya keseimbangan antara pasokan, permintaan, dan daya beli di tingkat kon su men.
Fenomena kenaikan harga ini te rungkap melalui hasil wawancara dengan salah satu staf super market di Surabaya. Berdasarkan penuturan mereka, harga ayam utuh saat ini menunjukkan pe ning k atan, mes kipun tidak dise bu tk an secara pasti besaran kenaikannya.
Sementara itu, harga beras tercatat naik sekitar Rp 20.000 dari harga sebelumnya. ’’Kami melihat banyak pelanggan mulai mengurangi pembelian. Kalau dulu beli dua ekor ayam, sekarang banyak yang beli satu. Untuk beras juga banyak yang beli kemasan kecil saja,” jelas staf tersebut.
Kondisi ini menggambarkan dampak nyata dari inflasi bahan pokok terhadap perilaku konsumen. Ketika harga terus naik, masyarakat cenderung menyesuaikan pola belanja mereka— baik de ngan mengurangi jumlah pem belian maupun beralih ke produk yang lebih terjangkau. Di sisi pelaku usaha, kenaikan harga menjadi tantangan tersendiri karena harus menjaga kese im bangan antara memperta hankan pelanggan dan menutup biaya operasional yang ikut meningkat.
Kenaikan harga ini tidak terjadi tanpa sebab. Salah satu faktor utamanya adalah meningkatnya biaya distribusi dan logistik yang dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, gangguan pasokan akibat kondisi cuaca serta keterlambatan pengiriman dari daerah produsen turut mem beri tekanan pada harga di pasa ran. Tidak hanya itu, lonjakan har ga bahan baku menjadi pemicu signifikan yang kemudian berdampak langsung pada harga eceran.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2025, inflasi bahan makanan masih men jadi kontributor besar terha dap inflasi nasional. Beras dan daging ayam tercatat sebagai dua komoditas utama yang membe rikan sumbangan signifikan terhadap kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). Jika tren ini terus berkepanjangan, kelompok konsumen dengan daya beli lebih terbatas akan merasakan dampak paling besar.
Baca Juga
Benteng Retak Keamanan Hakim
Kondisi ini menuntut pelaku usaha ritel untuk melakukan penyesuaian strategi, seperti menawarkan paket hemat, promo bundling, atau diskon musiman guna mempertahankan minat belanja masyarakat.
Kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti ayam dan beras bukan sekadar isu ekonomi, tetapi juga persoalan sosial yang menyentuh kehidupan masya rakat secara langsung. Penga laman di lapangan me nunjukkan bahwa ketika harga naik, perilaku kon sumen berubah—mereka menjadi lebih selektif, hemat, dan cen derung menunda pembelian.
Sebagai solusi, pemerintah perlu memperkuat pengawasan rantai pasok dan menjaga stabilitas harga melalui kerja sama antara produ sen, distributor, dan ritel modern. Di sisi lain, masyarakat juga perlu meningkatkan kesa daran finansial dengan berbelanja bijak dan me nyesuaikan pengeluaran. Dengan keseimbangan antara kebijakan yang tepat dan perilaku konsumtif yang rasional, diharapkan tekanan akibat kenaikan harga dapat diminimalkan. (*)

