TURIN - Jannik Sinner kembali mengukir sejarah. Petenis asal Italia itu mempertahankan gelar ATP Finals 2025. Dia juara setelah menundukkan Carlos Alcaraz 7-6(4), 7-5 pada Senin (17/11) dini hari WIB kemarin. Sama seperti musim lalu, Sinner meraih titel penutup musim tersebut di hadapan publik sendiri, Inalpi Arena, Turin.
Sepanjang laga, teriakan “Ole, Ole, Ole, Ole.., Sinner, Sinner”, kerap kali terdengar. Nyanyian itu semakin nyaring saat Sinner berhasil mematahkan servis Alcaraz di game terakhir. Sinner kemudian menjatuhkan diri. Dia menang dalam pertarungan selama 2 jam 15 menit.
“Menyelesaikan pertandingan di hadapan publik Italia adalah hal yang fantastis, mungkin bahkan lebih baik daripada tahun lalu,” kata Sinner dilansir dari Reuters. “Terima kasih banyak atas dukungannya, sungguh luar biasa. Terima kasih kepada kalian semua, rasanya seperti berada di lapangan sepak bola.”
Raja Lapangan Hard Indoor
Bagi Sinner, kemenangan itu memperpanjang rekor tak terkalahkannya di lapangan hard indoor menjadi 30 pertandingan. Dia juga menjadi petenis pertama sejak era Novak Djokovic (2022-2023) yang mampu meraih ATP Finals secara beruntun. Selain itu, dalam dua edisi terakhir ATP Finals di kandang sendiri, Sinner tak kehilangan satu pun set.
“Sejujurnya, saya tidak ingin membandingkan. Musim ini luar biasa, tahun lalu juga luar biasa,” kata Sinner soal gelar berturut di Turin dikutip dari Punto de Break. “Tahun ini saya mencapai empat final Grand Slam, juga menang di sini, punya rekor bagus di akhir tahun, rasanya sungguh luar biasa. (Tapi) yang terpenting, saya merasa menjadi pemain yang lebih baik dari tahun lalu,’’ paparnuya
Latihan Servis Jadi Kunci
Gelar Sinner dicapai bukan hanya karena faktor lapangan semata. Setelah US Open pada September silam, atlet 24 tahun itu menjalani latihan servis secara khusus bersama pelatihnya, Darren Cahill dan Simone Vagnozzi. Dia mengubah ritme servis dan juga gerakan, tujuannya untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan.
Hasilnya terlihat jelas di final: Sinner memenangkan 84 persen poin servis pertama. “Jannik dan Simone telah bekerja luar biasa selama empat atau lima pekan terakhir untuk mengatur ulang servis,” kata Cahill dikutip dari laman resmi ATP. “Dia benar-benar meningkatkan kecepatan (servisnya), dia semakin mendekatkan bola ke garis, yang berarti dia mendapat lebih banyak poin. Mereka telah bekerja secara luar biasa,’’ timpalnya.
Sementara itu, Alcaraz tetap menutup musim sebagai petenis nomor satu dunia. Meski gagal juara di Turin, petenis 22 tahun itu telah menunjukkan performa konsisten sepanjang musim ini. Dia 11 kali melaju ke final dan memenangkan 8 diantaranya. Termasuk, dua gelar Grand Slam di Roland Garros dan US Open. (ka/bas)



