SELAMA 37 tahun tinggal di Kampung Ondomohen, Surabaya, Moeshariyani menjadi saksi perubahan besar di lingkungannya. Dari kawasan yang dulu gersang dan penuh tumpukan sampah, kini berubah menjadi hijau, teduh, dan dikenal sebagai KBA Kampoeng Oase Ondomohen. Di balik transformasi itu, ada sosok penggerak yang gigih menjaga semangat warga. Salah satunya Moeshariyani.
Sejak awal, Yani-sapaan akrabnya- menyambut positif gerakan apa pun yang membawa kebaikan bagi kampungnya. Dia tak hanya mendukung, tapi juga turun tangan langsung di lapangan. Sejak 2010, Yani menjadi kader kesehatan di wilayahnya.
Awalnya, pekerjaan itu murni sosial tanpa insentif. Peran kader kini semakin luas. Tak hanya menyangkut kesehatan, tapi juga urusan administrasi kependudukan dan kegiatan sosial lainnya. Hampir setiap hari, ada saja aktivitas yang dilakukan Yani.
Pantau Jentik hingga Kelola SOTH
Salah satunya, memeriksa jentik nyamuk ke rumah warga seminggu sekali, mengelola program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), menjadi sekretaris RT, mengikuti berbagai pelatihan, hingga membantu menyambut tamu yang datang berkunjung ke Kampoeng Oase Ondomohen. ’’Kalau ada kunjungan, kami kerja bakti ngurus ikan di selokan, lalu maggot, pilah sampah, sampai merawat tanaman,’’ beber perempuan yang tahun ini genap berusia 60 tahun itu.
Di Sekolah Orang Tua Hebat, Yani memiliki peran mengajak ibu hamil dan orang tua bersama balitanya untuk ikut belajar pola asuh positif. Namun, ajakan itu tak selalu mudah diterima. ’’Banyak yang enggan datang, padahal ilmunya bermanfaat sekali,’’ katanya.
Dia sendiri mendapat banyak pelajaran dari kegiatan itu, terutama soal pola asuh anak. ’’Saya senang karena dapat ilmu baru. Misalnya, anak tantrum itu jangan dimarahi, tapi dipeluk. Sekarang saya terapkan ke cucu saya,’’ tuturnya, lantas tertawa kecil.
Kenal Banyak Orang dan Jaringan Luas
Meski kini usianya sudah menginjak kepala 6 dan kekuatan kakinya mulai menurun, semangat Yani tetap menyala. ’’Kalau saya hanya duduk di rumah, malah cepat capek dan bisa pikun. Dengan kegiatan ini, saya terus berpikir, belajar, dan bersosialisasi,’’ ungkapnya.
Dia mengatakan, sejak aktif di berbagai kegiatan, hidupnya terasa lebih bermakna. ’’Saya cuma lulusan SMA, tapi dari pelatihan kader saya mendapat banyak ilmu tentang kesehatan. Mulai dari TB, dan beberapa penyakit lain. Saya juga jadi kenal banyak orang dari puskesmas, kader se-Surabaya, juga jaringan sosial yang luas,’’ paparnya.
Suami dan Anak Dukung Penuh
Bagi Yani, rasa lelah bukan alasan untuk berhenti. ’’Capek pasti ada, tapi karena dari hati, ya rasanya ringan. Saya senang kalau bisa bantu orang lain. Umur saya harus bisa bermanfaat untuk orang lain,’’ ungkapnya, mantap.
Dukungan keluarga juga menjadi energi tersendiri bagi Yani. Suami dan ketiga anaknya memahami aktivitas ibunya. ’’Yang penting bisa menyeimbangkan tugas. Pekerjaan rumah tangga beres, kegiatan jalan,’’ ujarnya.
Namun, di balik semangat itu, Yani juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah menggerakkan warga untuk turut berperan aktif dan peduli lingkungan. ’’Yang susah itu cari SDM. Anak muda jarang mau terlibat. Jadi mau tidak mau yang tua-tua ini yang jalan terus,’’ ujarnya.
Meski demikian, Yani tak menyerah. Dia berharap semangat para kader dan warga tetap terjaga. ’’Sayang kalau Kampoeng Oase ini berhenti. Ini hasil kerja bareng warga bertahun-tahun,’’ paparnya. (lai/ai)

