SURABAYA- Atensi khusus yang diberikan Pemprov terhadap upaya penurunan angka stunting pada anak-balita di Jatim membuahkan hasil. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi anak-balita di Jatim yang masih mengalami tengkes sebesar 14,7 persen.
Angka tersebut jauh menurun dibanding tahun sebelumnya yang masih di angka 17 persen lebih. Penurunan prevalensi Jawa Timur bahkan jauh lebih rendah dibanding indikator nasional sebesar 19,8 persen.
Capaian itu mendapatkan apresiasi dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN. Jatim dinilai berhasil menurunkan angka tengkes melalui program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Meski demikian, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa PR penanganan tengkes di Jatim belum tuntas. Targetnya, hingga 2029 nanti, prevalensi tengkes bisa turun hingga 13,36 persen.
”Karena itu, untuk mewujudkannya, sejumlah intervensi pencegahan stunting terus kami jalankan,” kata Khofifah kemarin (19/11).
Semua intervensi itu, kata Khofifah, dijalankan secara konsisten untuk menjaga tren penurunan stunting bisa stabil. ”Yang penting bukan hanya mengejar target penurunan, namun memastikan konsistensi dalam pelaksanaan seluruh program,” kata tokoh yang juga Ketua Dewan Pembina PP Muslimat NU itu.
Dia menyebut, intervensi itu dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Mulai dari penanganan tengkes by name by address, pengukuran balita secara rutin di posyandu, pendampingan ibu hamil, hingga pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri secara berkelanjutan.
Selain itu, pemenuhan gizi siswa di sekolah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu cara strategis penanganan stunting. ”Dengan begitu, program penurunan stunting bisa berjalan komprehensif dan berdampak nyata bagi masyarakat," ujarnya. (ian/ris)



