Benda warisan leluhur yang kerap dianggap jauh dari budaya populer justru diminati generasi muda. Koleksi keris, batu giok, hingga cincin batu permata mulai dilirik lagi sebagai bagian dari pelestarian budaya. Antusiasme itu begitu terasa dalam Pagelaran Budaya Tosan Aji Nusantara yang digelar Yayasan Condro Aji Nusantara. Acara tersebut dihelat di Gedung Balai Pemuda hingga hari ini (21/11).
Lebih dari 3.000 benda pusaka dari 131 peserta dipamerkan dalam ajang tersebut. Menariknya, 60 persen di antaranya merupakan kolektor muda berusia 24-40 tahun. Angka itu menunjukkan geliat baru dari generasi muda dalam merawat warisan leluhur.
Ketua Yayasan Condro Aji Nusantara Andi Budi Sulistijanto mengatakan, gelaran tahun ini masih membawa semangat peringatan Hari Pahlawan. Untuk itulah, Andi menilai kehadiran para kolektor muda menjadi napas baru. ”Semangat pemuda itu yang kita rawat, mengingat peringatan kemerdekaan RI di momentum Hari Pahlawan banyak melibatkan energi para pemuda,” ujarnya.
Jaga Nilai Leluhur
Andi mengungkapkan, antusiasme event tahunan tersebut terus meningkat. Semangat muda itu menggeliat secara alami selama pagelaran dihelat dari tahun ke tahun. Generasi muda semakin tertarik turut menjaga warisan leluhur. Mereka terdiri atas kolektor, Mpu keris muda, dan wisatawan luar daerah.
Mpu keris muda asal Lamongan Mbanjoyo salah seorangnya. Dalam pameran kali ini, Mpu berusia 33 tahun itu memamerkan tiga keris yang ditempa sendiri. Ciri khasnya adalah motif bersisik ular. Dia pun merasa bangga bahwa karyanya turut dipamerkan dan mendapat apresiasi.
”Apalagi karya saya turut dipamerkan bareng dengan keris Pak Prabowo. Karena hari ini profesi seorang Mpu keris itu tidak pernah diperhatikan,” ujar Mbanjoyo. (had/kkn)



