Kebebasan ekspresi dalam simbol-simbol keberanian menjadi gagasan yang disajikanSurabaya Fashion Parade (SFP) 2025: Rebellion. Muatan eksploratif itu diwujudkan Tunjungan Plaza dan Indonesia Fashion Chamber (IFC). Perhelatan SFP 2025 telah mencapai puncak di Convention Hall Tunjungan Plaza 3 kemarin (16/11).
Perjalanan SFP sebagai event tahunan telah merentang panjang. Berbagai tema telah diusung selama 18 tahun dihelat sejak 2007. Penggunaan tema Rebellion kali ini pun didedikasikan untuk industri fashion Indonesia. Tujuannya adalah memacu inovasi dalam berkarya.
Founder Surabaya Fashion Parade Dian Apriliana Dewi mengatakan, tema Rebellion dipilih sebagai perwujudan semangat baru dalam berkarya tanpa batasan. ”Setiap tahun SFP memberikan tema berbeda. Di 2025 ini kita bertema Rebellion yang bisa diartikan pemberontakan,” ungkap Dian. ”Maka kita artikan semangat baru untuk bisa berkarya tanpa batas dengan ide-ide yang hasilnya luar biasa,” lanjutnya.
Tumbuh Bersama Ekosistem
Dian menyebut bahwa SFP bertahan sejauh ini karena hadir sebagai wadah para penggiat fashion untuk tumbuh bersama. ”Tanpa terasa, 18 tahun bukan waktu yang singkat mempertahankan kegiatan ini. Karena Surabaya Fashion Parade adalah hasil karya kita semua,” ujar Dian.
Salah satu eksplorasi yang mencuri perhatian datang dari Drupadi Batik Couture. Di bawah arahan Lisa Drupadi dan Bianca Drupadi, mereka menghadirkan 11 couture eksklusif. Tajuk karyanya adalah Goddess of Chaos yang menonjolkan perpaduan etnik dan kemegahan modern.
Menurut Lisa Drupadi, Goddess of Chaos adalah refleksi perjalanan kreatif yang menegaskan keberanian perempuan untuk tampil autentik. ”Ini selebrasi bagi setiap perempuan yang kuat, elegan, dan berani menjadi dirinya sendiri. Harmoni antara etnik dan modernitas,” ujarnya. (had/kkn)


