SURABAYA - Perbankan ikut merasakan lesunya pasar properti di tanah air. Salah satunya, BTN. Bank milik negara itu berupaya untuk menekan kontraksi kredit kepemilikan rumah (KPR) dengan menangkap potensi siklus akhir tahun.
Regional Office Head Kantor Wilayah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara BTN Carly Tambunan menjelaskan, KPR di wilayahnya memang terkontraksi cukup dalam. Jika dibandingkan tahun lalu, perolehan kredit properti turun 30 persen. Penyebabnya adalah minat belanja properti yang turun drastis. “Kami mendengar dari developer bahwa peminat properti sedang berkurang,” ucapnya saat membuka Bale Property Expo di Surabaya Kamis (20/11).
Kondisi tersebut menjadi perhatian khusus BTN mengingat KPR merupakan core business perseroan. Kontribusinya mencapai 90 persen dari total portofolio kredit. Oleh karena itu, pihaknya mulai aktif untuk membantu pengembang menjual produk. Salah satu strategi dengan menggelar pameran properti di Surabaya. “Kami juga ingin menggunakan momentum akhir tahun untuk menggaet konsumen. Siklus penjualan rumah memang kencang di akhir tahun,” paparnya.
Selama Bale Property Expo, BTN mengincar transaksi sebesar Rp 200 miliar. Pameran properti itu diikuti 27 pengembang baik komersial maupun perumahan subsidi. “Jika target tersebut tercapai dengan kondisi akhir tahun yang tepat, penurunan kinerja KPR akan mengecil ke angka 20 persen,” tutur Carly.
Terkait tren KPR di Jatim, dia mengatakan bahwa saat ini pembelian properti justru lebih banyak non subsidi. Apalagi, pengembang kota-kota satelit sudah jarang membangun perumahan subsidi. Akhirnya, porsi KPR perumahan komersial sudah mencapai 60 persen. “Kalau lima tahun lalu, justru KPR subsidi mendominasi. Tapi, memang ada perubahan tren,” bebernya. (bil/dio)



