Loading...
Sabtu Legi, 15 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
Finansial
Bank Mega Syariah Fokus Kembangkan Ekosistem Pendidikan-Kesehatan

Bank Mega Syariah Fokus Kembangkan Ekosistem Pendidikan-Kesehatan

Finansial•15 jam yang lalu

Update

Delapan Fintech Lending Belum Penuhi Modal Minimum

Delapan Fintech Lending Belum Penuhi Modal Minimum

Finansial•2 hari yang lalu
BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat

BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat

Finansial•3 hari yang lalu
Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025

Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025

Finansial•4 hari yang lalu
Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas

Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas

Finansial•6 hari yang lalu
Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen

Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen

Finansial•7 hari yang lalu

Most Read

1

Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen

Finansial
2

BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat

Finansial
3

Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025

Finansial
4

Pegadaian Bakal Bangun Penyimpanan dan ATM Emas di Surabaya

Finansial
5

Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas

Finansial

Berita Lain

BI Perkuat Peran Jawa di Sektor Manufaktur

BI Perkuat Peran Jawa di Sektor Manufaktur

Finansial•5 November 2025

Most Read

1

Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen

Finansial
2

BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat

Finansial
3

Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025

Finansial
4

Pegadaian Bakal Bangun Penyimpanan dan ATM Emas di Surabaya

Finansial
5

Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas

Finansial
Bank Mega Syariah Fokus Kembangkan Ekosistem Pendidikan-Kesehatan
Bank Mega Syariah
Finansial

Bank Mega Syariah Fokus Kembangkan Ekosistem Pendidikan-Kesehatan

JAKARTA – Di tengah ekonomi nasional yang masih penuh tantangan, Bank Mega Syariah mencatatkan kinerja positif hingga Oktober 2025. Sejumlah indikator keuangan menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding periode sama tahun lalu. Strategi yang dijalankan melalui pendekatan business to business to consumer (B2B2C) dengan fokus pengembangan ekosistem pendidikan dan kesehatan. Dari sisi pembiayaan, Bank Mega Syariah menyalurkan total pembiayaan lebih dari Rp 9,19 triliun per Oktober 2025. Angka itu tumbuh 25,8 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (YoY). Lonjakan ini terutama ditopang oleh segmen Syariah Card yang mencatat pertumbuhan hingga 114 persen YoY. “Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari strategi bisnis yang menitikberatkan pada pembiayaan berkualitas dan berkelanjutan,” ujar Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita di Jakarta Kamis (13/11). Menurut Hanie, strategi tersebut dijalankan melalui pendekatan business to business to consumer (B2B2C) dengan fokus pengembangan ekosistem pendidikan dan kesehatan. Pendekatan ini tidak hanya memperluas basis pembiayaan, tetapi juga menjaring dana dari institusi sekaligus individu. “Bank terus memperkuat manajemen risiko, menjaga kualitas aset, dan memperluas jangkauan nasabah melalui pengembangan produk serta layanan yang semakin kompetitif. Dengan langkah ini, Bank Mega Syariah berupaya menjaga ketahanan bisnis agar tetap stabil di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah,” jelasnya. Dari sisi...

15 jam yang lalu

Update

Delapan Fintech Lending Belum Penuhi Modal Minimum
Herlambang/Jawa Pos
Finansial

Delapan Fintech Lending Belum Penuhi Modal Minimum

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat masih ada delapan penyelenggara fintech lending atau pinjaman daring (pindar)yang belum memenuhi ketentuan modal minimum Rp 12,5 miliar. Kondisi itu menjadi perhatian serius regulator di tengah pesatnya pertumbuhan industri pembiayaan digital. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya OJK Agusman menyebutkah, pihaknya terus melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap delapan penyelenggara tersebut. “Kami terus melakukan langkah pembinaan dan monitoring secara ketat terhadap action plan pemenuhan kewajiban ekuitas minimum, berupa injeksi modal dari pemegang saham maupun investor yang kredibel,” ujarnya di Jakarta Selasa (11/11). 22 Pindar TWP90 Diatas 5 Persen Selain persoalan modal, OJK juga menyoroti peningkatan jumlah pindar dengan tingkat wanprestasi (TWP90) di atas ambang batas lima persen. Hingga September 2025, terdapat 22 penyelenggara yang masuk kategori tersebut. “Terhadap mereka, OJK melakukan pemantauan secara ketat terhadap action plan penyelenggara dalam memperbaiki TWP90 tersebut,” tambahnya. Sektor Produktif Dari sisi penyaluran, outstanding pembiayaan fintech lending ke sektor produktif mencapai Rp 31,37 triliun per September 2025, atau sekitar 34,48 persen dari total kredit industri. Agusman mengakui, tantangan terbesar masih terkait keterbatasan data kelayakan usaha dan infrastruktur pendukung. “Karena itu, OJK mendorong pelaku industri untuk memperkuat kemitraan lintas sektor serta memanfaatkan data alternatif...

2 hari yang lalu
BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat
Salman Toyibi
Finansial

BI: Implementasi Redenominasi Pertimbangkan Waktu yang Tepat

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa rencana redenominasi rupiah tidak akan mengurangi nilai maupun daya beli masyarakat. Kebijakan itu murni bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan tanpa mengubah nilainya terhadap harga barang dan jasa. Implementasinya pun tetap mempertimbangkan waktu yang tepat “Redenominasi rupiah merupakan langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi transaksi, memperkuat kredibilitas rupiah, serta mendukung modernisasi sistem pembayaran nasional,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso di Jakarta Senin (10/11). Denny menjelaskan, proses redenominasi direncanakan secara matang dan melibatkan koordinasi erat antarseluruh pemangku kepentingan. Saat ini, Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi telah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Jangka Menengah 2025-2029, sebagai RUU inisiatif pemerintah atas usulan BI. Selanjutnya, BI bersama pemerintah dan DPR akan terus melakukan pembahasan mengenai proses redenominasi. Implementasinya tetap mempertimbangkan waktu yang tepat, dengan memperhatikan stabilitas politik, ekonomi, sosial serta kesiapan teknis termasuk hukum, logistik, dan teknologi informasi. “Selama proses ini berlangsung, BI akan tetap fokus menjaga stabilitas nilai rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Denny. Sementara itu, pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan, langkah ini belum menjadi prioritas di tengah kondisi ekonomi yang masih rapuh akibat tekanan daya beli dan stagnasi investasi. “Masalahnya bukan pada konsep...

3 hari yang lalu
Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025
Salman Toyibi/ Jawa Pos
Finansial

Aset Industri Asuransi Capai Rp 1.181 T hingga September 2025

JAKARTA--Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja perasuransian masih terjaga stabil hingga September 2025. Aset industri asuransi mencapai Rp1.181,21 triliun atau naik 3,39 persen secara tahunan (YoY). Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono menyampaikan, ketahanan industri tetap solid didukung tingkat solvabilitas yang kuat. “Dari sisi asuransi komersial, total aset tercatat sebesar Rp 958,54 triliun atau tumbuh 3,91 persen YoY,” kata Ogi di Jakarta Jumat (7/11). Pendapatan premi pada periode Januari-September 2025 mencapai Rp 246,34 triliun atau naik 0,38 persen YoY. Rinciannya, premi asuransi jiwa mengalami kontraksi 2,06 persen dengan nilai Rp 132,85 triliun, sementara premi asuransi umum dan reasuransi terkerek 3,38 persen menjadi Rp 113,49 triliun. "Secara umum, permodalan industri asuransi komersial masih menunjukkan kondisi solid," tuturnya. Industri asuransi jiwa mencatat Risk Based Capital (RBC) sebesar 481,94 persen, sedangkan asuransi umum dan reasuransi mencapai 326,38 persen, jauh di atas ambang batas minimum 120 persen. Hal itu mencerminkan kemampuan industri dalam menanggung risiko dan menjaga kepercayaan nasabah tetap tinggi. Dalam menjaga tata kelola dan perlindungan konsumen, OJK terus memperketat pengawasan. "Hingga September 2025, sebanyak 112 dari 144 perusahaan asuransi dan reasuransi (77,78 persen) telah memenuhi ketentuan peningkatan ekuitas tahap pertama sesuai POJK Nomor 23 Tahun 2023," lanjutnya....

4 hari yang lalu
Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas
ANTARA/Reno Esnir
Finansial

Data Ekonomi AS Tekan Harga Emas

SURABAYA - Harga emas global kembali melemah ke sekitar USD 3.970 per ounce. Tren bearish yang masih dominan itu disebabkan oleh menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) alias USD akibat dorongan data ekonomi Negeri Paman Sam. Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, harga emas (XAU/USD) kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Kamis (6/11). Pelemahan itu dipicu oleh penguatan USD, meskipun ketidakpastian politik di AS masih menjaga minat investor terhadap aset safe haven. ’’Dari sisi teknikal. emas menunjukkan kecenderungan bearish yang semakin kuat. Jika tekanan berlanjut, maka harga emas berpotensi turun hingga ke level USD 3.818. Bila harga batal jatuh, dia melihat peluang kenaikan terdekat berada di sekitar USD 3.996,’’ terangnya kemarin (7/11). Dari sisi fundamental, pasar tengah merespons sejumlah data ekonomi AS yang menunjukkan hasil positif. Laporan ketenagakerjaan sektor swasta versi automatic data processing (ADP) mencatat peningkatan sebesar 42 ribu pada Oktober. Berbalik dari penurunan 29 ribu di bulan sebelumnya. Angka tersebut menandakan adanya stabilisasi di pasar tenaga kerja setelah melemah selama dua bulan berturut-turut. Kinerja tenaga kerja yang solid tersebut memperkuat posisi USD. Sebaliknya, hal itu menjadi faktor utama pelemahan emas. Pasalnya, emas tidak memberikan imbal hasil yang setara dengan dolar AS. Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS...

6 hari yang lalu
Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen
Salman Toyibi/Jawa Pos
Finansial

Investor Bursa Efek Bertambah 58 Persen

SURABAYA - Pertumbuhan ekosistem pasar modal terus berlanjut. Hal itu terlihat dari populasi investor ritel. Hingga Oktober, populasi investor Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh 58 persen persen. Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan, jumlah investor pasar modal Indonesia hingga akhir Oktober 2025 telah mencapai 19,15 juta single investor identification (SID). Dari populasi tersebut, kelompok ritel yang baru bergabung tahun ini mencapai 4,2 juta SID. “Ini capaian yang menggembirakan. Sebab, pertumbuhannya mencapai 58,4 persen jika dibandingkan investor baru selama 2024 yakni 2,7 juta SID,” tuturnya Kamis (6/11). Sedangkan, jumlah investor saham telah mencapai 8.083.076 SID, dengan penambahan 1.701.632 investor baru sepanjang 2025. Angka itu naik 51,2 persen dibandingkan tahun lalu. Iman mengatakan, peningkatan jumlah investor menunjukkan semakin kuatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi. Terutama generasi muda di bawah usia 30 tahun yang semakin aktif dan percaya diri dalam berinvestasi. “Pencapaian ini merupakan hasil dari komitmen BEI bersama seluruh stakeholders dalam melakukan berbagai kegiatan edukasi dan literasi,” jelasnya. Selain program rutin seperti Sekolah Pasar Modal, BEI gencar menggelar Road to Capital Market Summit & Expo (Road to CMSE) 2025 dan CMSE 2025. Sepanjang tahun ini, BEI telah menggelar 101 kegiatan Road to CMSE di berbagai daerah. Upaya edukasi tersebut diikuti lebih dari 185...

7 hari yang lalu

Berita Lain

BI Perkuat Peran Jawa di Sektor Manufaktur

Finansial-5 November 2025

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001