JAKARTA – Investor bursa saham Indonesia masih di dominasi sektor ritel. Hal itu membuat kapitalisasi pasar modal bisa tumbuh cepat. Oleh karena itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap makin banyak investor institusi yang masuk pada tahun depan. Salah satu yang bisa menjadi katalis adalah masuknya Danantara.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, selama satu dekade terakhir, pertumbuhan investor institusi cenderung stagnan sehingga kehadiran pemain baru berskala besar sangat dibutuhkan untuk memperdalam pasar. “Danantara bakal masuk investasi di pasar modal pada tahun depan,” ujar Iman dalam Media Workshop di Ubud, Bali, Sabtu (15/11).
Menurut dia, kehadiran Danantara akan mendorong peningkatan porsi investor institusi domestik, terutama ketika suplai saham terus bertambah lewat pipeline IPO yang makin besar. “BEI saat ini banyak menyiapkan perusahaan berstatus lighthouse IPO untuk masuk ke lantai bursa,” tuturnya.
Menurut Iman, Danantara dapat menentukan arah investasi ke dalam berbagai produk. "Mereka punya dana yang diinvestasikan bisa secara langsung atau mereka bisa investasi ke produk-produk lainnya termasuk produk pasar modal yang berjangka,” imbuhnya.
Lewat pasar modal, Danantara dapat mengoptimalkan pendapatan mereka. Selain itu, suplai aset berkualitas ke pasar modal juga dapat tersalurkan dari perusahaan yang dikelola badan itu.
Selain itu, Iman berharap adanya Danantara di pasar modal, dapat membuat BUMN masuk ke bursa. Sebab, selama tiga tahun terakhir belum ada penambahan BUMN yang melakukan listing ke dalam pasar. “Terakhir IPO adalah anak BUMN, PGEO (PT Pertamina Geothermal Energy)” tuturnya.
Dia menyatakan, partisipasi BUMN sangat strategis untuk memperbesar kapitalisasi pasar, sekaligus meningkatkan porsi investasi institusi domestik. Kehadiran BUMN sebagai emiten baru juga dinilai bisa memperkuat stabilitas pasar berkat skala aset dan bisnis yang besar.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyebutkan bahwa IHSG (indeks harga saham gabungan) bergerak positif hampir sepanjang tahun. Hingga awal November, indeks sudah memecahkan rekor sebanyak 13 kali.
“Per 7 November kemarin IHSG itu mencatatkan kenaikan sebesar 18,57 persen year-to-date (ytd), ke posisi 8.394 dan kapitalisasi pasar sekarang juga sudah Rp15.316 triliun. Indeks bahkan kalau misalnya kita hitung secara sepanjang tahun 2025 itu mencetak all time high itu sebanyak 13 kali,” ucap Inarno. (bry/dio)



