HUNIAN satu lantai di ujung perumahan itu menjelma menjadi bangunan dua lantai yang lapang, terang, dan berkarakter. Tak sekadar diperluas, tapi juga dihidupkan dengan semangat kebersamaan melalui keterbukaan ruang dan area komunal yang hangat.
Proyek yang diberi nama RTC Project ini dirancang bukan sebagai tempat tinggal permanen, melainkan hunian singgah bagi pemilik beserta keluarga besar saat berkunjung ke Jogjakarta. Awalnya, bangunan merupakan rumah tipe 36 dengan lahan seluas 120 meter persegi.
Pertahankan Bangunan Lantai Satu
Pemilik kemudian membeli lahan sisa di sebelahnya seluas 73 meter persegi. Keberadaan lahan tambahan ini membuka peluang bagi tim arsitek untuk merancang ulang fungsi ruang dan menambah lantai. ’’Proyek ini merupakan renovasi dari bangunan satu lantai bawaan developer menjadi dua lantai. Dapat dikatakan bahwa seluruh ruang pada lantai dasar tetap dipertahankan, elemen material seperti atap beton serta finishing batu bobing pada fasad juga tetap,’’ tutur arsitek proyek dari inklusi dsg, Nauvaldi Ryantama.
Elemen Fasad Terinspirasi Bonsai
Dari luar, rumah ini tampak sederhana tapi berkarakter. Penggunaan material dan warna tetap senada dengan rumah tetangga agar harmonis dengan lingkungan. Hal yang membedakan adalah aksen lengkung pada jendela, pintu, dan dinding balkon yang menjadi gaya khas rumah tersebut. ’’Inspirasi bentuk lengkung datang dari karakter tanaman bonsai yang dinamis, elegan, tapi tetap seimbang,’’ lanjutnya. Sebab, pemilik adalah kolektor bonsai, sehingga elemen itu menjadi penerjemahan personal dalam bahasa arsitektur.
Konsep utama RTC Project adalah memisahkan area publik dan privat secara vertikal. Lantai dasar fokus sebagai ruang berkumpul yang lega, sedangkan lantai dua menjadi area istirahat. ’’Kami ingin lantai dasar terasa luas dan menyatu dengan area semi-outdoor. Jadi ketika pintu lipat dibuka, ruang tamu dan makan langsung terhubung dengan teras belakang,’’ kata Nauvaldi.
Lapang berkat Atap Tinggi
Saat masuk ke dalam rumah, langsung disambut ruang tamu yang double-height ceiling yang memberi kesan lapang. Ruang ini terhubung langsung dengan dapur dan area makan. Di tengah rumah terdapat taman kering kecil di antara dapur dan tangga, yang berfungsi sebagai sumber cahaya alami dan sirkulasi udara. ’’Taman tengah ini membantu mengurangi kelembapan di area dapur dan tangga, sekaligus menciptakan pencahayaan lembut yang tidak menyilaukan,’’ paparnya.
Di antara ruang dalam dan area semi-outdoor terdapat teras kayu ulin sebagai ruang transisi. Dari sini, penghuni bisa mengakses dapur atau ruang servis yang disembunyikan di bawah tangga. ’’Lantai dua menampung dua kamar tidur: kamar anak berukuran 3 x 4 meter dan kamar utama 4,5 x 9 meter, keduanya dilengkapi kamar mandi dalam,’’ bebernya.
Area Komunal Lebih Intimate
Salah satu strategi desain yang menarik adalah penerapan konsep sunken di area komunal. ’’Lantai kami turunkan sedikit agar proporsi bangunan tidak tampak terlalu tinggi di sisi timur,’’ jelas Nauvaldi. Efeknya, ruang kumpul terasa lebih hangat dan intim, karena posisi duduk lebih rendah dan mengelilingi satu titik.
Untuk pencahayaan dan sirkulasi alami, RTC Project mengandalkan taman kering sebagai ’’paru-paru’’ rumah. ’’Ukuran taman kami atur agar cahaya masuk cukup, tapi tidak berlebihan sampai menimbulkan glare,’’ ujarnya. Dengan letak ruang tamu, dapur, dan tangga yang menempel langsung pada taman, kualitas udara dan cahaya di dalam bangunan pun tetap terjaga. (lai/ai)



