LUMAJANG- Aktivitas vulkanik Gunung Semeru selama beberapa hari terakhir cukup dinamis. Selain rentetan erupsi yang terus terjadi, jarak luncur lava pijar juga mengalami peningkatan.
Hingga kemarin (18/11), gunung tertinggi di Pulau Jawa masih berstatus level II atau waspada. Selain itu, satgas penanganan bencana juga mulai mengantisipasi potensi terjadinya banjir lahar.
Berdasarkan pantauan Pos Pengamatan Gunung Semeru kemarin, erupsi terjadi sekitar pukul 06.11 WIB. Di mana, tinggi letusan mencapai 800 meter di atas puncak gunung. ”Erupsi disertai letusan,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Sigit Rian Alfian dalam laporannya.
Pada erupsi tersebut, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal mengarah ke selatan. ”Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 112 detik," tuturnya.
Sejauh ini, status Semeru masih level II. Dengan status itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi. Yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara, sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari pusat erupsi.
Di sisi lain, erupsi terakhir juga memicu terjadinya guguran lava pijar. Jarak luncurnya diperkirakan mencapai 1.000 hingga 2.000 meter dari puncak kawah menuju kawasan Besuk Kobokan, atau berjarak enam kilometer dari kawasan permukiman.
Jarak luncur itu lebih panjang dibanding biasanya. Potensi terjadinya guguran lava diprediksi masih cukup tinggi mengingat saat ini memasuki musim hujan.
Potensi ini tengah diantisipasi. Salah satunya, satgas penanggulangan bencana Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas tengah menyelesaikan pembuatan tanggul di wilayah Pasirian, Lumajang.
Perbaikan tanggul setinggi lima meter dengan panjang 150 meter tersebut merupakan upaya darurat untuk mengantisipasi banjir lahar Semeru. (ant/ian/ris)


