JAKARTA – Minat investor asing terhadap sektor ekonomi kreatif (ekraf) Indonesia terus meningkat. Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya saat berkunjung ke Redaksi Jawa Pos di Jakarta kemarin (11/11) mengatakan, dalam semester pertama 2025, target Rp 136,3 triliun sudah tercapai Rp 90,12 triliun.
Riefky menyebutkan, Indonesia diminati oleh Singapura, Hongkong, Korea Selatan, Amerika dan Tiongkok. Dari Singapura saja, investasi naik dari Rp 9,91 triliun pada 2024 menjadi Rp 18,65 triliun pada semester I tahun ini. “Capaian ini menunjukkan dunia mulai melihat potensi besar ekonomi kreatif Indonesia. Investasi yang masuk tak hanya mengejar pasar domestik, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor regional,” ujar Riefky.
Dia menambahkan, sektor-sektor yang paling diminati investor asing, antara lain, kuliner, aplikasi, musik, dan kriya. Sementara itu, provinsi yang menjadi tulang punggung investasi di sektor ekraf ada di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur.
Sektor ekspor ekraf juga menggeliat. Swiss dan Uni Emirat Arab menjadi peluang baru. Riefky menyebut, Swiss menjadi hub bagi ekspor ekraf Tanah Air. "Beberapa negara seperti Swiss justru menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk kreatif Indonesia,” ungkapnya.
Dengan geliat ekonomi ini, sektor ekraf menjadi peluang bagi generasi muda dan kelas menengah. Presiden Prabowo Subianto memberikan instruksi agar ada lapangan kerja yang berkualitas.
Data dari Kementerian Ekraf, dari seluruh pekerja ekraf, ada 57,2 persen total tenaga kerja dengan usia di bawah 42 tahun. “Ini menandakan ekonomi kreatif sangat diminati generasi muda dan bisa menjadi peluang bagi generasi muda, ” ujarnya.
Untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global, pemerintah akan menjadi tuan rumah World Conference on Creative Economy (WCCE) tahun depan. Konferensi berskala internasional itu akan diikuti perwakilan dari 50 negara. “Indonesia akan menunjukkan ekosistem industri kreatif yang makin matang dan berdaya saing, termasuk dalam bidang game, film, dan aplikasi digital,” kata Riefky.
Dia optimistis, dengan dukungan regulasi dan literasi digital yang makin kuat, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional akan terus meningkat. (lyn/oni)




