MEMELIHARA hewan bukan sekadar hiburan atau hobi keluarga. Di balik aktivitas memberi makan, mengelus, dan bermain bersama hewan peliharaan, tersimpan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak.
’’Anak yang sering berinteraksi dengan hewan peliharaan umumnya memiliki empati, keterampilan sosial, kemampuan meregulasi emosi, dan rasa tanggung jawab yang lebih baik,’’ kata Sekar A.S SPsi MPsi Psikolog. Hewan bisa menjadi sarana untuk anak belajar peduli, sabar, dan berkomitmen terhadap makhluk hidup lain.
Anak yang rutin berinteraksi dengan hewan peliharaan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi. Mereka cenderung lebih bahagia dan optimistis. ’’Ada unsur humor dan tawa dalam interaksi sehari-hari dengan hewan. Itu yang membuat anak lebih rileks dan mudah menikmati momen,’’ jelas psikolog Klinik Perspektif itu.
Tumbuhkan Perilaku Positif
Selain itu, interaksi dengan hewan juga bisa mengurangi kesepian dan menumbuhkan perilaku sosial yang positif. Anak sering menjadikan hewan peliharaan, seperti kucing atau anjing, sebagai teman bicara yang aman. ’’Mereka bisa bercerita tanpa takut dihakimi. Hewan memberikan penerimaan tanpa syarat, sesuatu yang sangat berharga bagi anak-anak yang sedang membangun rasa percaya diri,’’ imbuhnya.
Kepemilikan hewan juga membantu anak memahami konsep sebab-akibat dan tanggung jawab nyata. Saat anak diberi tugas memberi makan atau membersihkan kandang, dia belajar bahwa tindakannya berdampak langsung pada kesejahteraan hewan. ’’Anak jadi memahami bahwa perhatian dan ketelatenan punya konsekuensi. Ini membentuk kontrol diri dan komitmen,’’ sambungnya.
Bisa Jadi Motivasi Belajar
Sekar menambahkan, hewan peliharaan juga bisa menjadi motivasi belajar efektif. Anak yang penasaran tentang perilaku atau kebutuhan hewan akan terdorong mencari informasi, membaca, atau berdiskusi dengan orang tua. Aktivitas ini merangsang rasa ingin tahu dan perkembangan kognitif.
Meski begitu, tak jarang semangat anak memudar setelah beberapa waktu. Di sini peran orang tua sangat penting agar anak tetap konsisten belajar tanggung jawab. ’’Jelaskan bahwa jika lupa memberi makan, hewan bisa sakit atau lesu. Anak jadi memahami konsekuensi nyata dari tindakannya,’’ jelasnya. ’’Keterlibatan ini menumbuhkan rasa memiliki dan komitmen. Jangan lupa beri apresiasi atas usaha kecil agar pengalaman merawat hewan terasa menyenangkan,” katanya.
Konsisten serta Minat Tulus, Tanda Siap Rawat Binatang
Ada beberapa tanda bahwa anak sudah siap memelihara hewan. Hal ini bisa dilihat dari perilaku kesehariannya. Anak yang siap biasanya menunjukkan minat tulus, sering bertanya, atau mengamati perilaku, serta memahami bahwa hewan membutuhkan makan, perhatian, dan waktu istirahat. ’’Dilihat juga konsistensi anak dalam menjalankan tugas sederhana seperti membereskan mainan sendiri atau mengikuti instruksi orang tua juga menjadi indikator penting,’’ ucap Sekar.
Instruksi tersebut misalnya anak yang masa kanak-kanak bisa berinteraksi. Bisa diberi tanggung jawab kecil seperti membantu memberi makan atau mengisi air minum. Saat masuk usia sekolah, anak biasanya sudah mampu terlibat secara konsisten dalam rutinitas perawatan sederhana. ’’Pada usia praremaja, anak umumnya sudah cukup matang untuk menangani sebagian besar tugas perawatan hewan secara mandiri,’’ papar Sekar.
Namun, orang tua perlu berhati-hati jika anak belum siap namun dipaksa memelihara hewan. Kondisi ini bisa berujung pada pengalaman negatif. ’’Anak bisa frustrasi, merasa terbebani, atau justru bersikap kasar karena tidak memahami konsekuensi. Bahkan, hewan bisa terlantar dan mengalami stres,’’ lanjutnya. (lai/ai)


