Apakah arah kebijakan pendidikan nasional saat ini semakin selaras dengan visi dan kebutuhan masa depan bangsa, ataukah sebaliknya? BukuArah Baru Pendidikan Indonesia: Menuju Generasi Emas 2045 yang ditulis Budy Sugandi et al mengulas secara komprehensif persoalan lama pendidikan di Indonesia sekaligus memberikan tawaran solusi baru untuk masa depan yang lebih baik. Buku ini berangkat dari kesadaran bahwa bangsa Indonesia sedang berada di titik penting sejarahnya –sebuah masa transisi menuju Indonesia Emas 2045– dan pendidikan menjadi fondasi utama bagi kemajuan bangsa. Namun, seperti ditegaskan para penulis, kompleksitas tantangan pendidikan –mulai ketimpangan akses, mutu, hingga relevansi– sejatinya merupakan persoalan lama yang terus berulang tanpa penyelesaian yang tuntas.
Sejak awal, buku ini menekankan bahwa pendidikan tidak semata-mata merupakan proses transfer pengetahuan, melainkan investasi budaya dan peradaban. Dalam pandangan para penulis, pendidikan harus dilihat sebagai ruang pembentukan manusia seutuhnya –manusia tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, moral, dan ekologis. Karena itu, arah baru pendidikan Indonesia harus menempatkan dimensi kemanusiaan sebagai inti proses belajar dan mengajar.
Literasi Digital
Buku ini menggarisbawahi pentingnya literasi dalam arti yang luas –tidak hanya literasi membaca dan menulis, tetapi juga literasi digital, finansial, dan lingkungan. Literasi adalah pengejawantahan dari kerja nalar dalam memahami teks, numerik, dan sains (hal 257). Lebih lanjut, buku ini juga membahas roh dari literasi. Literasi dipahami sebagai proses kerja otak untuk memahami dan memecahkan masalah berdasar apa yang dipahami (hal 257). Literasi menjadi fondasi pembebasan manusia dari kebodohan dan manipulasi informasi yang kian marak di era digital. Dengan literasi yang kuat, pendidikan dapat menciptakan warga negara yang kritis, adaptif, dan berdaya. Selain itu, penulis menegaskan bahwa pendidikan inklusif merupakan syarat bagi kemajuan bangsa. Setiap anak yang tinggal di kota besar maupun di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) berhak memperoleh akses dan kesempatan belajar serta akses literasi yang sama. Pandangan ini memperlihatkan komitmen buku terhadap keadilan sosial dalam pendidikan.
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, peran guru mendapatkan perhatian khusus. Guru disebut sebagai ”jantung perubahan” yang menentukan arah dan kualitas pembelajaran. Buku ini menegaskan bahwa peningkatan mutu guru, baik dari segi kompetensi maupun kesejahteraan, merupakan kunci utama dalam membangun sistem pendidikan yang bermutu, merata, dan berkarakter. Tanpa guru yang berdaya dan dihargai, semua wacana reformasi pendidikan hanya akan menjadi slogan kosong.
Melek STEAM
Buku ini juga membahas pentingnya generasi di masa depan harus memiliki kemahiran literasi STEAM (science, technology, engineering, arts, dan mathematics) untuk mampu beradaptasi dengan era kecerdasan buatan. Generasi yang disebut AI native tidak cukup hanya menggunakan teknologi, tetapi perlu memahami cara kerjanya dan mampu mengembangkan solusi kreatif berbasis teknologi. Pendekatan STEAM dinilai penting karena menggabungkan kemampuan analitis dan kreativitas sehingga peserta didik dapat berpikir kritis, berkolaborasi, dan memecahkan masalah secara inovatif. Penulis juga menyoroti perlunya transformasi kurikulum dan peningkatan kompetensi guru agar pendidikan Indonesia mampu mencetak generasi yang kompetitif dan siap menghadapi tantangan global berbasis AI. Integrasi STEAM berupa kurikulum koding dan AI dirancang untuk menumbuhkan kompetensi dari jenjang SD hingga SMA/SMK secara bertahap, dimulai dari pengenalan berpikir komputasional di SD hingga penguasaan pemrograman berbasis teks dan penerapan machine learning di tingkat menengah atas (hal 334).
Kendati demikian, ada dua hal yang perlu dikembangkan dari pembahasan buku ini, yaitu pembahasan mengenai isu-isu praktis yang dihadapi di lingkungan pesantren dan pengarusutamaan perspektif gender dalam pendidikan. Dua aspek tersebut merupakan bagian penting dari diskursus pendidikan inklusif di Indonesia.
Buku Arah Baru Pendidikan Indonesia tetap menjadi bacaan penting untuk memahami arah kebijakan dan paradigma baru pendidikan nasional. Buku ini tidak hanya menawarkan refleksi, tetapi juga menyalakan optimisme bahwa pendidikan Indonesia dapat menjadi kekuatan transformasi sosial dan moral bangsa. Bagi kalangan akademisi dan peneliti, buku ini memberikan kerangka makro yang berguna untuk membaca bagaimana narasi pendidikan nasional dibangun dan dikaitkan dengan visi generasi emas yang sering digaungkan pemerintah.
Jika dilihat dari perspektif studi kebudayaan dan gender, buku ini juga dapat dikaji lebih lanjut sebagai teks yang merepresentasikan bagaimana wacana pembangunan nasional mengonstruksi masa depan melalui pendidikan. Wacana generasi emas, misalnya, dapat dilihat sebagai narasi ideologis yang sekaligus membuka peluang untuk meninjau ulang posisi kelompok minoritas, perempuan, dan masyarakat marginal dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Dengan demikian, buku ini tidak hanya relevan bagi para pendidik, tetapi juga bagi peneliti yang tertarik menelusuri hubungan antara pendidikan, kekuasaan, dan identitas dalam masyarakat Indonesia kontemporer.
Secara keseluruhan, buku Arah Baru Pendidikan Indonesia merupakan ajakan untuk membayangkan kembali wajah pendidikan nasional yang berorientasi pada kemanusiaan, keadilan sosial, dan keberlanjutan. Buku ini mengajak para pembaca untuk tidak sekadar menuntut perubahan kebijakan, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam membangun kesadaran bahwa pendidikan adalah milik bersama dan masa depan bangsa bergantung pada arah yang kita pilih hari ini. Dalam konteks inilah, penulis menegaskan pentingnya transformasi kurikulum, penguatan peran guru, serta penciptaan ruang belajar yang inklusif dan setara. Pada akhirnya, seluruh upaya tersebut diarahkan agar proses belajar menjadi sebuah proses yang lebih bermakna, mendalam, dan memberdayakan. (*)
Judul buku: Arah Baru Pendidikan Indonesia: Menuju Generasi Emas 2045
Penulis: Budy Sugandi et al
Penerbit: Diva Press
Terbit: Pertama, Oktober 2025
Tebal: 384 halaman
Ukuran: 14 x 20 cm
ISBN: 978-623-189-757-2
Nita Puspita
Alumnus Magister Ilmu Susastra Universitas Indonesia



