Loading...
Selasa Wage, 18 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
Gardening
Home
›Gardening

Alpukat Kelud Suka Matahari, Ditanam ala Tambulampot pun Jadi

Editor-Gardening
4 November 2025
SIAP DIMAKAN: Agus menunjukkan buah Alpukat Kelud yang matang di pohon. Mulai dari penanaman hingga panen, butuh waktu 3 tahun.
Klik untuk perbesar
Foto: Agus Joko Susilo

SIAP DIMAKAN: Agus menunjukkan buah Alpukat Kelud yang matang di pohon. Mulai dari penanaman hingga panen, butuh waktu 3 tahun.

JENIS alpukat jumbo banyak diminati. Salah satunya Alpukat Kelud. Varian ini tidak hanya dikenal dengan ukurannya jumbo. Namun, juga bisa matang sempurna di pohon. Agus Joko Susilo, pekebun tabulampot Indonesia yang juga pencetus nama ’’Alpukat Kelud’’, mengatakan bahwa varietas ini mulai diperkenalkan pada 2019. ’’Dulu belum ada namanya. Karena saya berasal dari Kediri, saya beri nama Alpukat Kelud, sesuai dengan Gunung Kelud yang jadi ikon daerah kami,’’ jelasnya. Keunggulan utamanya adalah buah ini bisa matang langsung di pohon tanpa busuk lebih dulu. ’’Rasanya legit dan teksturnya lebih lembut dibanding jenis jumbo yang lain,’’ lanjutnya.

Soal adaptasi, Alpukat Kelud tergolong mudah. Tanaman ini bisa tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. ’’Alpukat Kelud cocok di dataran rendah maupun tinggi. Jadi bisa ditanam di rumah, kebun, atau bahkan tabulampot,’’ imbuhnya.

Media Tanam Porous

Untuk media tanam, dia menyarankan komposisi yang porous agar air tidak menggenang. ’’Pakai campuran dengan perbandingan 3:2:1. Tiga sekam, dua tanah, dan satu pupuk kandang. Media yang porous bikin akar tidak cepat busuk,’’ jelasnya. Komposisi ini penting agar akar bisa bernapas dan tumbuh kuat.

Dari proses menanam hingga berbuah, Alpukat Kelud termasuk cepat. Hanya butuh waktu dua setengah hingga tiga tahun untuk mulai produksi. Meski demikian, Agus mengingatkan agar pemupukan dan penyiraman dilakukan rutin. ’’Pupuk setiap 20 hari sekali, penyiraman setiap pagi. Kalau cuaca panas, bisa dua kali sehari,’’ kata pekebun 53 tahun itu.

Kurang Cahaya, Pertumbuhan Lambat

Pencahayaan juga menjadi faktor penting. Alpukat Kelud menyukai sinar matahari penuh minimal enam jam sehari. ’’Pohon ini wajib full matahari. Kalau kurang cahaya, pertumbuhan bisa lambat,’’ ujarnya. Karena itu, sebaiknya tanaman ditempatkan di area terbuka, bukan di bawah naungan rumah atau pohon lain.

Agus juga mengingatkan bahwa alpukat tergolong superfood karena mengandung lemak baik dan rendah karbohidrat. ’’Alpukat punya manfaat besar untuk kesehatan. Karena itu, menanamnya di rumah jadi investasi jangka panjang, bukan cuma soal panen buah,’’ tambahnya.

Baca Juga

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Nol Tantangan asal Paham Karakter Tanaman

Perawatan alpukat Kelud tergolong mudah. Agus menyebut nyaris tidak ada tantangan berarti jika penanam memahami karakter tanamannya. ’’Kalau kita mau belajar dan paham kebutuhannya, menanam Alpukat Kelud itu nol tantangan,’’ ujarnya, lantas tertawa.

Selain mudah dirawat, tanaman ini juga memiliki nilai tambah bagi lingkungan. ’’Menanam Alpukat Kelud itu bukan cuma soal panen buah. Kita ikut menjaga alam karena daun hijau itu sumber oksigen,’’ ujar Agus. Jadi, menurutnya, setiap pohon yang tumbuh di pekarangan memiliki manfaat ekologis nyata.

Tak hanya lingkungan, ada pula nilai ekonomis dari menanam Alpukat Kelud. Bagi yang punya lahan terbatas, tabulampot alpukat bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. ’’Kalau dirawat baik, hasilnya lumayan. Selain buat dikonsumsi sendiri, bisa dijual juga,’’ katanya.

Terakhir, dia menegaskan kunci utama sukses bertanam alpukat adalah kesabaran dan ketulusan. ’’Tanaman itu bisa merasakan. Kalau dirawat dengan hati, dia akan berbakti pada kita,’’ tuturnya. (ana/ai)

Bagikan artikel ini

Most Read

1

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Gardening
2

Bougenville Singapura Rajin Berbunga karena Sering Dipangkas

Gardening

Berita Terbaru

Bougenville Singapura  Rajin Berbunga  karena Sering Dipangkas

Bougenville Singapura Rajin Berbunga karena Sering Dipangkas

Gardening•7 jam yang lalu
Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Gardening•10 November 2025
Home
›Gardening
›Alpukat Kelud Suka Matahari, Ditanam ala Tambulampot pun Jadi
SIAP DIMAKAN: Agus menunjukkan buah Alpukat Kelud yang matang di pohon. Mulai dari penanaman hingga panen, butuh waktu 3 tahun.
Gardening

Alpukat Kelud Suka Matahari, Ditanam ala Tambulampot pun Jadi

Editor-4 November 2025
Klik untuk perbesar

SIAP DIMAKAN: Agus menunjukkan buah Alpukat Kelud yang matang di pohon. Mulai dari penanaman hingga panen, butuh waktu 3 tahun.

Foto: Agus Joko Susilo

Bagikan artikel ini

JENIS alpukat jumbo banyak diminati. Salah satunya Alpukat Kelud. Varian ini tidak hanya dikenal dengan ukurannya jumbo. Namun, juga bisa matang sempurna di pohon. Agus Joko Susilo, pekebun tabulampot Indonesia yang juga pencetus nama ’’Alpukat Kelud’’, mengatakan bahwa varietas ini mulai diperkenalkan pada 2019. ’’Dulu belum ada namanya. Karena saya berasal dari Kediri, saya beri nama Alpukat Kelud, sesuai dengan Gunung Kelud yang jadi ikon daerah kami,’’ jelasnya. Keunggulan utamanya adalah buah ini bisa matang langsung di pohon tanpa busuk lebih dulu. ’’Rasanya legit dan teksturnya lebih lembut dibanding jenis jumbo yang lain,’’ lanjutnya.

Soal adaptasi, Alpukat Kelud tergolong mudah. Tanaman ini bisa tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. ’’Alpukat Kelud cocok di dataran rendah maupun tinggi. Jadi bisa ditanam di rumah, kebun, atau bahkan tabulampot,’’ imbuhnya.

Media Tanam Porous

Untuk media tanam, dia menyarankan komposisi yang porous agar air tidak menggenang. ’’Pakai campuran dengan perbandingan 3:2:1. Tiga sekam, dua tanah, dan satu pupuk kandang. Media yang porous bikin akar tidak cepat busuk,’’ jelasnya. Komposisi ini penting agar akar bisa bernapas dan tumbuh kuat.

Dari proses menanam hingga berbuah, Alpukat Kelud termasuk cepat. Hanya butuh waktu dua setengah hingga tiga tahun untuk mulai produksi. Meski demikian, Agus mengingatkan agar pemupukan dan penyiraman dilakukan rutin. ’’Pupuk setiap 20 hari sekali, penyiraman setiap pagi. Kalau cuaca panas, bisa dua kali sehari,’’ kata pekebun 53 tahun itu.

Kurang Cahaya, Pertumbuhan Lambat

Pencahayaan juga menjadi faktor penting. Alpukat Kelud menyukai sinar matahari penuh minimal enam jam sehari. ’’Pohon ini wajib full matahari. Kalau kurang cahaya, pertumbuhan bisa lambat,’’ ujarnya. Karena itu, sebaiknya tanaman ditempatkan di area terbuka, bukan di bawah naungan rumah atau pohon lain.

Agus juga mengingatkan bahwa alpukat tergolong superfood karena mengandung lemak baik dan rendah karbohidrat. ’’Alpukat punya manfaat besar untuk kesehatan. Karena itu, menanamnya di rumah jadi investasi jangka panjang, bukan cuma soal panen buah,’’ tambahnya.

Baca Juga

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Nol Tantangan asal Paham Karakter Tanaman

Perawatan alpukat Kelud tergolong mudah. Agus menyebut nyaris tidak ada tantangan berarti jika penanam memahami karakter tanamannya. ’’Kalau kita mau belajar dan paham kebutuhannya, menanam Alpukat Kelud itu nol tantangan,’’ ujarnya, lantas tertawa.

Selain mudah dirawat, tanaman ini juga memiliki nilai tambah bagi lingkungan. ’’Menanam Alpukat Kelud itu bukan cuma soal panen buah. Kita ikut menjaga alam karena daun hijau itu sumber oksigen,’’ ujar Agus. Jadi, menurutnya, setiap pohon yang tumbuh di pekarangan memiliki manfaat ekologis nyata.

Tak hanya lingkungan, ada pula nilai ekonomis dari menanam Alpukat Kelud. Bagi yang punya lahan terbatas, tabulampot alpukat bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. ’’Kalau dirawat baik, hasilnya lumayan. Selain buat dikonsumsi sendiri, bisa dijual juga,’’ katanya.

Terakhir, dia menegaskan kunci utama sukses bertanam alpukat adalah kesabaran dan ketulusan. ’’Tanaman itu bisa merasakan. Kalau dirawat dengan hati, dia akan berbakti pada kita,’’ tuturnya. (ana/ai)

Most Read

1

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Gardening
2

Bougenville Singapura Rajin Berbunga karena Sering Dipangkas

Gardening

Berita Terbaru

Bougenville Singapura  Rajin Berbunga  karena Sering Dipangkas

Bougenville Singapura Rajin Berbunga karena Sering Dipangkas

Gardening•7 jam yang lalu
Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Mamey Sapote, Sawo Raksasa yang Adaptif dengan Iklim Indonesia

Gardening•10 November 2025

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001