NAMA mamey sapote mulai mencuri perhatian para pencinta tanaman buah eksotis di Indonesia. Buah asal Amerika Tengah itu disebut-sebut sebagai sawo raksasa karena ukurannya yang jauh lebih besar dari sawo lokal. Warna dagingnya jingga cerah dan tampilannya unik, bisa ditanam di halaman rumah.
Meski bukan tanaman asli Asia, mamey sapote ternyata cukup adaptif tumbuh di iklim tropis Indonesia. Ada banyak jenis mamey sapote seperti keywest dan lorito. Keduanya bisa tumbuh baik di tanah Indonesia. Kreator kebun Tunggul Prasetya menanam varian lorito, yang bentuk dan tampilan buahnya paling mirip dengan sawo lokal. ’’Kalau untuk rasa, justru sawo lokal lebih unggul. Lebih manis dan legit. Mamey sapote menang pada ukurannya yang jumbo,’’ ungkapnya.
Rasa Perpaduan dari Ubi, Melon, Labu
Rasa buah mamey sapote cukup kompleks. Perpaduan rasa manis seperti ubi jalar, labu, dan melon, dengan sedikit sentuhan almond atau karamel. ’’Teksturnya sedikit lebih keras dan kulit luarnya agak kasar. Kalau sawo lokal kan lembek ya,’’ sambung petani gen Z yang kerap membagikan tips berkebun lewat akun @tunggul.prasetya itu.
Dalam hal perawatan, Tunggul menyebut tak banyak perbedaan antara mamey sapote dan tanaman buah lainnya. Idealnya, mamey sapote ditanam pada media tanam yang porous atau berongga. Namun, bisa juga dalam pot besar alias sistem tambulapot. ’’Pupuknya pakai yang organik. Kalau bibit hasil cangkok, penyiraman bisa dua hari sekali. Kalau sudah di tanah, seminggu sekali pun cukup,’’ jelasnya.
Hasil Cangkok, Jangan Langsung Kena Matahari
Sebagai tanaman impor, mamey sapote mudah stres sehingga butuh ekstra perawatan dan penyesuaian. Proses adaptasi itu pula yang membuat sebagian orang gagal menanam pada tahap awal. Kegagalan biasanya terjadi karena tanaman langsung terkena sinar matahari penuh. Padahal, menurut Tunggul, mamey sapote hasil cangkok perlu dikarantina dulu selama 1-2 bulan. ’’Kalau dari cangkok segar, jangan langsung ditaruh di panas. Diteduhkan dulu sampai tumbuh tunas, baru bertahap dikenalkan ke sinar matahari,’’kata pria asal Bojonegoro itu.
Satu Kali Panen, Dapat 80 Buah
Soal hama, Tunggu menyebut yang kerap menyerang adalah serangga sisik putih. Penanganannya cukup disemprot insektisida. Perawatan yang relatif mudah membuat tanaman ini mulai diminati para penghobi tanaman buah eksotik.
Namun, mamey sapote bukan tanaman yang cepat berbuah. Meski harus sabar menunggu panen, hasilnya sepadan. Dalam satu kali panen, satu pohon mamey sapote berusia lima tahun bisa menghasilkan sekitar 80 buah. ’’Biasanya butuh waktu empat sampai lima tahun baru berbuah. Ciri buah siap panen, kalau digores pakai kuku dagingnya terlihat merah, itu tandanya sudah bisa diperam. Mamey sapote jarang yang masak dipohon jadi perlu diperam,’’ beber Tunggul. (lai/ai)



