Loading...
Kamis Legi, 20 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
OpiniGuru MenulisCAKJEPEJurnal Mahasiswa
Home
›Opini

Kamboja dan Ironi Perlindungan Pekerja Indonesia

Editor-Opini
20 November 2025
Kamboja dan Ironi  Perlindungan Pekerja Indonesia
Klik untuk perbesar
DEDHIE RIHADI/AI/JAWA POS

(Jati Diri)

RIZKI Nur Fadhilah kerap disiksa tiap kali gagal memenuhi target. Bahkan, untuk bisa sekadar mengirim kabar ke keluarga, pemuda 18 tahun asal Kabupaten Bandung itu kudu melakukannya secara sembunyi-sembunyi dari kamar mandi.

Beberapa bulan lalu, keluarganya di Sukabumi juga menceritakan bagaimana Muhammad Bagas Saputra juga rutin diikat tambang, dicambuk, dan disetrum. Untuk alasan yang sama: gagal mencapai sasaran.

Keduanya korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja. Sindikat yang menipu Rizki dan Bagus menyekap dan memaksa mereka melakukan penipuan secara daring. Yang mengerikan, ada ratusan warga Indonesia yang bernasib serupa di negeri yang beribu kota di Phnom Penh tersebut.

Oktober lalu, Kementerian Luar Negeri menyatakan ada 110 warga Indonesia yang terdata. Mayoritas diklaim sudah dipulangkan. Tapi, benarkah jumlah tersebut sudah mencakup semuanya?

Persoalan yang lebih besar lagi, kenapa ini bisa terus terjadi? Kenapa sindikat TPPO bisa demikian gampang beroperasi dan mencari mangsa?

Rizki yang seorang pesepak bola, misalnya, diiming-imingi untuk ikut seleksi sebuah klub. Keluarga tahunya dia ke Medan. Tapi, komunikasi kemudian terputus dan tahu-tahu dia sudah dipekerjakan paksa sebagai operator penipuan di Kamboja.

Sudah ada Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, tapi kenapa masih saja banyak yang menjadi korban perbudakan modern. Ini Kamboja lho, tetangga kita di Asia Tenggara. Ini Kamboja lho, bukan superpower ekonomi atau militer. Hanya sebuah noktah di peta Asia Tenggara.

Apa saja yang telah dilakukan kementerian baru tersebut, juga pemangku kepentingan lainnya? Kenapa tidak tegas saja diumumkan secara terbuka: jangan menerima tawaran pekerjaan apa pun dari Kamboja. Sembari Jakarta juga mengirim nota diplomatik keras ke Phnom Penh. Bila perlu, ada pemanggilan duta besarnya.

Sembari tentunya memperbaiki kinerja pengawasan di dalam negeri. Menindak tegas agen-agen yang terbukti terlibat dalam pengiriman ratusan pekerja yang telah menjadi korban. Begitu pula pihak-pihak yang memungkinkan sindikat bisa leluasa hilir mudik mengurus administrasi perjalanan dan melintasi perbatasan.

Tiongkok yang tersinggung hanya gara-gara pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi saja, tanpa ada warganya yang menjadi korban, langsung mengeluarkan travel warning. Dan, Negeri Matahari Terbit seketika kelimpungan.

Baca Juga

Redenominasi Rupiah

Bergerak cepat, bertindak tegas. Tak cuma gebrak-gebrak meja tiap pidato sambil berkoar, ’’Kita ini negara besaaar…’’ (ttg)

Bagikan artikel ini

Most Read

1

Benteng Retak Keamanan Hakim

Opini
2

Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

CAKJEPE
3

Bupati Ponorogo Terima Suap Lewat Perantara

CAKJEPE
4

Merawat Trauma Mental Korban Keracunan MBG

Opini
5

Pemerintah Batasi Game Online Kekerasan

CAKJEPE

Berita Terbaru

Redenominasi Rupiah

Redenominasi Rupiah

Opini•3 jam yang lalu
Tanah Diklaim Pertamina, Warga Lapor DPR

Tanah Diklaim Pertamina, Warga Lapor DPR

CAKJEPE•4 jam yang lalu
Home
›Opini
›Kamboja dan Ironi Perlindungan Pekerja Indonesia
Kamboja dan Ironi  Perlindungan Pekerja Indonesia
Opini

Kamboja dan Ironi Perlindungan Pekerja Indonesia

Editor-20 November 2025
Klik untuk perbesar

DEDHIE RIHADI/AI/JAWA POS

Bagikan artikel ini

(Jati Diri)

RIZKI Nur Fadhilah kerap disiksa tiap kali gagal memenuhi target. Bahkan, untuk bisa sekadar mengirim kabar ke keluarga, pemuda 18 tahun asal Kabupaten Bandung itu kudu melakukannya secara sembunyi-sembunyi dari kamar mandi.

Beberapa bulan lalu, keluarganya di Sukabumi juga menceritakan bagaimana Muhammad Bagas Saputra juga rutin diikat tambang, dicambuk, dan disetrum. Untuk alasan yang sama: gagal mencapai sasaran.

Keduanya korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja. Sindikat yang menipu Rizki dan Bagus menyekap dan memaksa mereka melakukan penipuan secara daring. Yang mengerikan, ada ratusan warga Indonesia yang bernasib serupa di negeri yang beribu kota di Phnom Penh tersebut.

Oktober lalu, Kementerian Luar Negeri menyatakan ada 110 warga Indonesia yang terdata. Mayoritas diklaim sudah dipulangkan. Tapi, benarkah jumlah tersebut sudah mencakup semuanya?

Persoalan yang lebih besar lagi, kenapa ini bisa terus terjadi? Kenapa sindikat TPPO bisa demikian gampang beroperasi dan mencari mangsa?

Rizki yang seorang pesepak bola, misalnya, diiming-imingi untuk ikut seleksi sebuah klub. Keluarga tahunya dia ke Medan. Tapi, komunikasi kemudian terputus dan tahu-tahu dia sudah dipekerjakan paksa sebagai operator penipuan di Kamboja.

Sudah ada Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, tapi kenapa masih saja banyak yang menjadi korban perbudakan modern. Ini Kamboja lho, tetangga kita di Asia Tenggara. Ini Kamboja lho, bukan superpower ekonomi atau militer. Hanya sebuah noktah di peta Asia Tenggara.

Apa saja yang telah dilakukan kementerian baru tersebut, juga pemangku kepentingan lainnya? Kenapa tidak tegas saja diumumkan secara terbuka: jangan menerima tawaran pekerjaan apa pun dari Kamboja. Sembari Jakarta juga mengirim nota diplomatik keras ke Phnom Penh. Bila perlu, ada pemanggilan duta besarnya.

Sembari tentunya memperbaiki kinerja pengawasan di dalam negeri. Menindak tegas agen-agen yang terbukti terlibat dalam pengiriman ratusan pekerja yang telah menjadi korban. Begitu pula pihak-pihak yang memungkinkan sindikat bisa leluasa hilir mudik mengurus administrasi perjalanan dan melintasi perbatasan.

Tiongkok yang tersinggung hanya gara-gara pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi saja, tanpa ada warganya yang menjadi korban, langsung mengeluarkan travel warning. Dan, Negeri Matahari Terbit seketika kelimpungan.

Baca Juga

Redenominasi Rupiah

Bergerak cepat, bertindak tegas. Tak cuma gebrak-gebrak meja tiap pidato sambil berkoar, ’’Kita ini negara besaaar…’’ (ttg)

Most Read

1

Benteng Retak Keamanan Hakim

Opini
2

Indikasi Tercemar, Produk Sepatu RI Dipulangkan dari AS

CAKJEPE
3

Bupati Ponorogo Terima Suap Lewat Perantara

CAKJEPE
4

Merawat Trauma Mental Korban Keracunan MBG

Opini
5

Pemerintah Batasi Game Online Kekerasan

CAKJEPE

Berita Terbaru

Redenominasi Rupiah

Redenominasi Rupiah

Opini•3 jam yang lalu
Tanah Diklaim Pertamina, Warga Lapor DPR

Tanah Diklaim Pertamina, Warga Lapor DPR

CAKJEPE•4 jam yang lalu

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001