Pohon tumbang menimpa mobil, rumah, atau bengkel pada awal musim hujan tidak bisa hanya disebut sebagai bencana. Pakar menilai, insiden yang terus berulang itu harus dilihat sebagai tanda perlunya evaluasi besar-besaran terhadap kesehatan pohon. Juga pemeliharaan dan penataan tanaman kota.
Wahyu Maghfur masih ingat betul saat pohon beringin besar tumbang menimpa mobil parkir di Jalan Simo Kalangan, Senin pekan lalu. Ada pengendara sepeda luka ringan tertimpa dahan pohon itu.
”Harusnya pemkot ini memangkas ranting jauh sebelum hujan. Kalau bisa, pohon yang tua itu diganti lagi,” kata Wahyu yang berjual jajanan di Jalan Simo Kalangan. Meski petugas dari pemkot bergerak cepat membersihkan lokasi dan memperbaiki trotoar yang rompal, Wahyu menilai masalah utama adalah minimnya pencegahan.
Berdasar data yang diterima Jawa Pos, pohon tumbang terjadi sejak awal November. Sejauh ini, jumlah terbanyak terjadi di Rabu (5/11) dengan 25 kasus tersebar di seluruh Surabaya.
Menurut Dr Amien Widodo, peneliti senior di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, pohon tumbang biasanya bukan disebabkan oleh angin semata, melainkan karena pohon yang memang bermasalah. ”Pohon dan angin itu tidak salah. Yang harus kita periksa adalah kondisi pohonnya,” ujar dosen Teknik Geofisika itu.
Faktor yang umum ditemukan antara lain pohon tua, keropos, akar serabut yang tidak sebanding dengan ukuran batang, hingga kambiumnya yang sudah rusak. Penanaman awal yang tidak menggunakan bibit sehingga akar tunggang tidak terbentuk, tanah lunak, dan air tanah dangkal bahkan asin juga membuat akar tidak dapat tumbuh optimal.
”Pohon tumbang bukan bencana, melainkan sinyal bahwa pohon itu bermasalah dan harus ditangani sebelum menimbulkan risiko,” jelasnya.
Amien menekankan perlunya langkah terukur dalam merawat pohon. Khususnya yang berukuran besar dan di area rawan seperti pinggir jalan, parkiran sekolah dan kantor, maupun jalur pedestrian. Menurutnya, diperlukan standard operating procedure (SOP) untuk perawatan berkala yang mencakup pemantauan struktur pohon hingga analisis risiko. Termasuk kemungkinan pohon itu patah dan dampaknya jika tumbang.
Amien menyebut, warga juga dapat berperan memantau kondisi pohon di sekitar lingkungan. Lantas melaporkannya kepada dinas terkait. Karena jumlah pohon di perkotaan yang sangat banyak dan kondisi tiap pohon perlu perhatian khusus.
Menurut Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Soeparno, persoalan pohon tumbang itu karena pola penanaman pohon yang serba instan. Pohon besar langsung ditanam agar cepat kelihatan rindang, padahal akarnya belum siap. ”Itu yang membuatnya mudah roboh,” jelasnya. ”Idealnya, penanaman dimulai dari bibit kecil agar akar tumbuh alami dan kuat,” tambah dia.
Selain itu, banyak pohon tua dibiarkan tumbuh terlalu rimbun tanpa perawatan rutin. Daun dan ranting yang lebat membuat beban pohon meningkat saat terkena hujan dan angin. Menurut Soeparno, satu liter air sama dengan satu kilogram berat. Kalau air menumpuk di daun-daun pohon besar, bebannya bisa sangat berat. Itu yang kerap membuat pohon patah dan tumbang.
Struktur tanah juga memegang peranan penting. Pohon yang tumbuh di dekat saluran air atau pelengsengan umumnya memiliki ruang akar yang terbatas. ”Akar itu butuh ruang untuk mencengkeram tanah. Kalau di dekat pelengsengan atau jalan yang keras, akarnya seperti di pot bonsai tidak bisa berkembang ke samping. Begitu ada angin kencang, ya mudah roboh,” jelasnya.
DLH Surabaya Rancang Skema Cek Kambium
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Dedik Irianto mengungkapkan, perawan dan perantingan menjadi langkah utama untuk mengantisipasi pohon tumbang. Tiap pagi saat musim hujan. Bukan hanya di tengah kota. Tapi, juga perumahan warga dan tepi sungai.
”Kalau plengsengan rusak, itu kan pengaruh ke debit air saluran. Jadi, pohon-pohon yang doyong ke sungai juga kami tebang,” jelas Dedik.
Dedik menyebut DLH tengah mengembangkan metode pemeriksaan kesehatan pohon secara ilmiah dengan alat khusus. ”Kesehatan pohon itu nggak bisa dilihat kasat mata. Ada alatnya untuk ngecek kambiumnya, kami sedang merancang itu, detail datanya masih kami olah,” ungkap dia.
DLH juga mengganti vegetasi lama yang dianggap berisiko dengan tabebuya atau jenis lainnya. Hasilnya baru dapat dinikmati beberapa tahun ke depan. ”Nggak bisa instan, beda dengan bangun gedung. Menanam pohon itu proses panjang. Hasilnya nanti dinikmati generasi berikutnya,” jelasnya.(zam/qia/jun)




