Loading...
Senin Kliwon, 24 November 2025
Jawa Pos

Selalu Ada Yang Baru!

Loading...
Home
OpiniGuru MenulisCAKJEPEJurnal Mahasiswa
Home
›Opini

Commits, Metrik Pengukuran Kampus Berdampak

Editor-Opini
24 November 2025
Commits, Metrik Pengukuran  Kampus Berdampak
Klik untuk perbesar
Agung Kurniawan/AI/Jawa Pos

Oleh: Bambang Pramujati, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

SELAMAbertahun-tahun, perguruan tinggi di Indonesia bergerak dan berfokus pada capaian formal seperti akreditasi, publikasi, sitasi, paten, prestasi mahasiswa, dan peringkat global. Metrik-metrik tersebut penting sebagai penanda performa institusi, tetapi belum sepenuhnya mencerminkan nilai manfaat yang dirasakan masyarakat. Banyak keberhasilan akademik yang tercatat rapi dalam laporan, tetapi tidak selalu menjelma menjadi perubahan nyata bagi warga sekitar, dunia usaha, dunia industri, maupun ekosistem sosial.

Di tengah kebutuhan bangsa untuk terus memajukan pendidikan, muncul dorongan kuat untuk menghadirkan metrik pengukuran yang menempatkan dampak masyarakat sebagai orientasi utama. Dorongan itulah yang melahirkan Commitment to Impactful Transformation in Society (Commits). Sebuah kerangka evaluasi yang diperkenalkan pada Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025. Commits dirancang sebagai ikhtiar mengukur seberapa jauh perguruan tinggi berkontribusi pada visi besar Indonesia Emas 2045.

Kerangka tersebut menawarkan cara pandang baru bahwa keberhasilan perguruan tinggi tidak cukup dibaca melalui jumlah kegiatan atau angka kinerja, tetapi dari makna yang dihasilkan. Dengan hadirnya Commits, kampus didorong untuk bergeser dari orientasi output menuju outcome, dari fokus pada angka menuju ukuran manfaat dan perubahan yang dapat dirasakan masyarakat.

Arah Baru

Peran pendidikan tinggi dalam perjalanan bangsa dapat dibaca melalui tiga lensa waktu, yakni kelampauan (hindsight), kekinian (insight), dan kenantian (foresight). Melalui lensa hindsight, sejak kemerdekaan 1945, perguruan tinggi memikul mandat besar untuk melindungi bangsa, mencerdaskan kehidupan, memajukan kesejahteraan, dan berkontribusi pada ketertiban dunia. Mandat historis merupakan janji kemerdekaan yang menjadi fondasi arah pendidikan tinggi Indonesia.

Memasuki lensa insight pada usia 80 tahun kemerdekaan (1945–2025), berbagai capaian penting mulai tampak. Perguruan tinggi Indonesia menembus peringkat global, dosen-dosen masuk daftar Top 2% World Scientists, dan kampus menjadi ruang lahirnya tokoh bangsa, inovasi teknologi, serta gerakan sosial mahasiswa. Hal-hal itu menunjukkan bahwa kampus telah menjadi sumber energi intelektual bangsa.

Namun, capaian itu tidak otomatis memastikan bahwa perguruan tinggi benar-benar sejalan dengan cita-cita kemerdekaan. Melalui lensa foresight menuju 2045, bangsa ini membutuhkan perguruan tinggi yang tidak hanya cepat, tetapi juga tepat arah. Selama ini banyak indikator kinerja yang bekerja seperti spidometer, yakni mengukur laju, tetapi tidak menjelaskan arah. Visi Indonesia Emas 2045 memerlukan kampus yang menjadi motor pembentuk talenta, penggerak inovasi, dan penyelesai masalah, bukan sekadar pencatat statistik.

Baca Juga

Dinamika Petinggi PBNU

Dalam konteks itulah, Commits hadir sebagai navigator paradigma baru. Jika indikator kinerja utama (IKU) mengukur kinerja, Commits mengukur makna. IKU memastikan kampus bergerak cepat. Commits memastikan kampus bergerak menuju tujuan yang benar.

Indikator

Selama ini perguruan tinggi menggunakan berbagai indikator untuk membaca capaian institusi. Di antaranya, waktu tunggu kerja dan gaji awal lulusan, prestasi mahasiswa, publikasi dan sitasi internasional, kemitraan industri, kegiatan pengabdian masyarakat, hingga akreditasi dan standar mutu. Semua indikator tersebut penting sebagai penanda produktivitas dan kualitas kerja kampus.

Setelah berbagai capaian itu dicatat, masih terdapat sejumlah dimensi penting yang belum terukur. Mobilitas sosial dan inklusi belum benar-benar terbaca. Keberhasilan lulusan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan memperoleh pekerjaan, tetapi oleh kemampuannya mengangkat derajat ekonomi keluarga, membuka lapangan kerja, serta memberdayakan disabilitas dan kelompok rentan. Solusi berbasis riset tidak cukup dinilai dari banyaknya publikasi, tetapi dari kemampuan riset menghadirkan jawaban atas persoalan strategis bangsa seperti pangan, energi, kesehatan, hingga krisis lingkungan.

Di sisi lain, tanggung jawab sosial, ekonomi, dan lingkungan sering kali dibaca hanya melalui banyaknya aktivitas kemahasiswaan dan program pengabdian, bukan melalui perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat. Legitimasi publik juga menunjukkan celah serupa. Akreditasi unggul tidak otomatis mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat apabila kampus tidak dirasakan hadir dan relevan dalam kehidupan publik.

Empat Zona

Untuk memetakan posisi perguruan tinggi dalam menghadirkan dampak, Commits menggunakan Metrik Komitmen Nasional dan Dampak (national commitment vs impact matrix). Kerangka yang memetakan posisi perguruan tinggi berdasar kesiapan internal dan dampak sosial.

Pemetaan Commits diperkuat oleh dua instrumen utama, yakni Commitment Readiness (COMM-Index) dan Impactful Transformation in Society (ITS-Index), yang divisualkan melalui radar skor dan zona kuadran. Pada sumbu X, COMM-Index mengukur tingkat kesiapan internal perguruan tinggi, mencakup arah kepemimpinan dan tata kelola (leadership and governance), alokasi sumber daya (resource allocation), kemitraan dan kolaborasi (partnership and collaboration), serta kesiapan digital dan sistem (digital and system readiness). Sumbu itu menunjukkan seberapa kuat mesin organisasi dipersiapkan untuk menghasilkan dampak yang konsisten.

Baca Juga

Penambahan Kuota Haji

Sementara itu, sumbu Y, ITS-Index, menggambarkan transformasi yang benar-benar dirasakan masyarakat melalui enam ranah dampak, yakni dampak terhadap komunitas dan ekonomi lokal (community and local economic impact), peningkatan kesetaraan dan inklusivitas (equity and inclusion uplift), penerjemahan inovasi menjadi dampak (translating innovation into impact), keberlanjutan lingkungan dan ketangguhan (environmental sustainability and resilience), respons darurat dan krisis (emergency and crisis response), dan legitimasi sosial (societal legitimacy).

Pertemuan kedua sumbu tersebut melahirkan empat zona Commits yang membantu perguruan tinggi memahami posisinya secara lebih jernih. Pada Zona Tak Signifikan (Negligible Zone), komitmen rendah, dampak rendah, perguruan tinggi berada dalam kondisi yang membutuhkan pembenahan menyeluruh, baik dari sisi tata kelola internal maupun kontribusi eksternal. Sementara itu, Zona Pembangun Baru (Emerging Builder Zone), komitmen tinggi, dampak rendah, menunjukkan bahwa fondasi internal mulai terbentuk, tetapi dampaknya masih belum konsisten dan perlu diperkuat.

Lalu, Zona Keberuntungan (Serendipity Zone), komitmen rendah, dampak tinggi, menggambarkan perguruan tinggi yang sudah memberi dampak besar, tetapi belum memiliki fondasi internal yang kukuh sehingga capaian tersebut lebih merupakan hasil momentum ketimbang strategi. Puncaknya adalah Zona Pemimpin Berdampak (Impact Leader Zone), komitmen tinggi, dampak tinggi, ketika fondasi internal telah mapan dan dampak sosial mengemuka. Kampus di zona itu tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga relevan, dipercaya, dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh publik.

Pada akhirnya, COMMITS adalah ikhtiar kolektif agar peringatan seratus tahun kemerdekaan tidak berhenti sebagai seremoni historis. Momentum ini harus menumbuhkan makna kemerdekaan yang lebih kontekstual. Kemerdekaan yang diwujudkan melalui Tridarma Perguruan Tinggi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Commits: dari kita, tentang kita, untuk bangsa kita! (*)

’’Commits memetakan posisi perguruan tinggi berdasar kesiapan internal dan dampak sosial.’’

Galeri Foto

Bambang Pramujati
Klik untuk perbesar

Bambang Pramujati

Bagikan artikel ini

Most Read

1

Merawat Trauma Mental Korban Keracunan MBG

Opini
2

Tanah Diblokir Pertamina, Warga Sulit Urus Tanah

CAKJEPE
3

Penambahan Kuota Haji

Opini
4

Banyak Anak yang Terima Makanan Rusak

CAKJEPE
5

Cek Saldo Dulu Sebelum Libur Nataru

CAKJEPE

Berita Terbaru

Dinamika Petinggi PBNU

Dinamika Petinggi PBNU

Opini•6 jam yang lalu
Indonesia Juara Dua Kasus TB

Indonesia Juara Dua Kasus TB

CAKJEPE•9 jam yang lalu
Home
›Opini
›Commits, Metrik Pengukuran Kampus Berdampak
Commits, Metrik Pengukuran  Kampus Berdampak
Opini

Commits, Metrik Pengukuran Kampus Berdampak

Editor-24 November 2025
Klik untuk perbesar

Agung Kurniawan/AI/Jawa Pos

Bagikan artikel ini

Oleh: Bambang Pramujati, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

SELAMAbertahun-tahun, perguruan tinggi di Indonesia bergerak dan berfokus pada capaian formal seperti akreditasi, publikasi, sitasi, paten, prestasi mahasiswa, dan peringkat global. Metrik-metrik tersebut penting sebagai penanda performa institusi, tetapi belum sepenuhnya mencerminkan nilai manfaat yang dirasakan masyarakat. Banyak keberhasilan akademik yang tercatat rapi dalam laporan, tetapi tidak selalu menjelma menjadi perubahan nyata bagi warga sekitar, dunia usaha, dunia industri, maupun ekosistem sosial.

Di tengah kebutuhan bangsa untuk terus memajukan pendidikan, muncul dorongan kuat untuk menghadirkan metrik pengukuran yang menempatkan dampak masyarakat sebagai orientasi utama. Dorongan itulah yang melahirkan Commitment to Impactful Transformation in Society (Commits). Sebuah kerangka evaluasi yang diperkenalkan pada Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025. Commits dirancang sebagai ikhtiar mengukur seberapa jauh perguruan tinggi berkontribusi pada visi besar Indonesia Emas 2045.

Kerangka tersebut menawarkan cara pandang baru bahwa keberhasilan perguruan tinggi tidak cukup dibaca melalui jumlah kegiatan atau angka kinerja, tetapi dari makna yang dihasilkan. Dengan hadirnya Commits, kampus didorong untuk bergeser dari orientasi output menuju outcome, dari fokus pada angka menuju ukuran manfaat dan perubahan yang dapat dirasakan masyarakat.

Arah Baru

Peran pendidikan tinggi dalam perjalanan bangsa dapat dibaca melalui tiga lensa waktu, yakni kelampauan (hindsight), kekinian (insight), dan kenantian (foresight). Melalui lensa hindsight, sejak kemerdekaan 1945, perguruan tinggi memikul mandat besar untuk melindungi bangsa, mencerdaskan kehidupan, memajukan kesejahteraan, dan berkontribusi pada ketertiban dunia. Mandat historis merupakan janji kemerdekaan yang menjadi fondasi arah pendidikan tinggi Indonesia.

Memasuki lensa insight pada usia 80 tahun kemerdekaan (1945–2025), berbagai capaian penting mulai tampak. Perguruan tinggi Indonesia menembus peringkat global, dosen-dosen masuk daftar Top 2% World Scientists, dan kampus menjadi ruang lahirnya tokoh bangsa, inovasi teknologi, serta gerakan sosial mahasiswa. Hal-hal itu menunjukkan bahwa kampus telah menjadi sumber energi intelektual bangsa.

Namun, capaian itu tidak otomatis memastikan bahwa perguruan tinggi benar-benar sejalan dengan cita-cita kemerdekaan. Melalui lensa foresight menuju 2045, bangsa ini membutuhkan perguruan tinggi yang tidak hanya cepat, tetapi juga tepat arah. Selama ini banyak indikator kinerja yang bekerja seperti spidometer, yakni mengukur laju, tetapi tidak menjelaskan arah. Visi Indonesia Emas 2045 memerlukan kampus yang menjadi motor pembentuk talenta, penggerak inovasi, dan penyelesai masalah, bukan sekadar pencatat statistik.

Baca Juga

Dinamika Petinggi PBNU

Dalam konteks itulah, Commits hadir sebagai navigator paradigma baru. Jika indikator kinerja utama (IKU) mengukur kinerja, Commits mengukur makna. IKU memastikan kampus bergerak cepat. Commits memastikan kampus bergerak menuju tujuan yang benar.

Indikator

Selama ini perguruan tinggi menggunakan berbagai indikator untuk membaca capaian institusi. Di antaranya, waktu tunggu kerja dan gaji awal lulusan, prestasi mahasiswa, publikasi dan sitasi internasional, kemitraan industri, kegiatan pengabdian masyarakat, hingga akreditasi dan standar mutu. Semua indikator tersebut penting sebagai penanda produktivitas dan kualitas kerja kampus.

Setelah berbagai capaian itu dicatat, masih terdapat sejumlah dimensi penting yang belum terukur. Mobilitas sosial dan inklusi belum benar-benar terbaca. Keberhasilan lulusan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan memperoleh pekerjaan, tetapi oleh kemampuannya mengangkat derajat ekonomi keluarga, membuka lapangan kerja, serta memberdayakan disabilitas dan kelompok rentan. Solusi berbasis riset tidak cukup dinilai dari banyaknya publikasi, tetapi dari kemampuan riset menghadirkan jawaban atas persoalan strategis bangsa seperti pangan, energi, kesehatan, hingga krisis lingkungan.

Di sisi lain, tanggung jawab sosial, ekonomi, dan lingkungan sering kali dibaca hanya melalui banyaknya aktivitas kemahasiswaan dan program pengabdian, bukan melalui perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat. Legitimasi publik juga menunjukkan celah serupa. Akreditasi unggul tidak otomatis mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat apabila kampus tidak dirasakan hadir dan relevan dalam kehidupan publik.

Empat Zona

Untuk memetakan posisi perguruan tinggi dalam menghadirkan dampak, Commits menggunakan Metrik Komitmen Nasional dan Dampak (national commitment vs impact matrix). Kerangka yang memetakan posisi perguruan tinggi berdasar kesiapan internal dan dampak sosial.

Pemetaan Commits diperkuat oleh dua instrumen utama, yakni Commitment Readiness (COMM-Index) dan Impactful Transformation in Society (ITS-Index), yang divisualkan melalui radar skor dan zona kuadran. Pada sumbu X, COMM-Index mengukur tingkat kesiapan internal perguruan tinggi, mencakup arah kepemimpinan dan tata kelola (leadership and governance), alokasi sumber daya (resource allocation), kemitraan dan kolaborasi (partnership and collaboration), serta kesiapan digital dan sistem (digital and system readiness). Sumbu itu menunjukkan seberapa kuat mesin organisasi dipersiapkan untuk menghasilkan dampak yang konsisten.

Baca Juga

Penambahan Kuota Haji

Sementara itu, sumbu Y, ITS-Index, menggambarkan transformasi yang benar-benar dirasakan masyarakat melalui enam ranah dampak, yakni dampak terhadap komunitas dan ekonomi lokal (community and local economic impact), peningkatan kesetaraan dan inklusivitas (equity and inclusion uplift), penerjemahan inovasi menjadi dampak (translating innovation into impact), keberlanjutan lingkungan dan ketangguhan (environmental sustainability and resilience), respons darurat dan krisis (emergency and crisis response), dan legitimasi sosial (societal legitimacy).

Pertemuan kedua sumbu tersebut melahirkan empat zona Commits yang membantu perguruan tinggi memahami posisinya secara lebih jernih. Pada Zona Tak Signifikan (Negligible Zone), komitmen rendah, dampak rendah, perguruan tinggi berada dalam kondisi yang membutuhkan pembenahan menyeluruh, baik dari sisi tata kelola internal maupun kontribusi eksternal. Sementara itu, Zona Pembangun Baru (Emerging Builder Zone), komitmen tinggi, dampak rendah, menunjukkan bahwa fondasi internal mulai terbentuk, tetapi dampaknya masih belum konsisten dan perlu diperkuat.

Lalu, Zona Keberuntungan (Serendipity Zone), komitmen rendah, dampak tinggi, menggambarkan perguruan tinggi yang sudah memberi dampak besar, tetapi belum memiliki fondasi internal yang kukuh sehingga capaian tersebut lebih merupakan hasil momentum ketimbang strategi. Puncaknya adalah Zona Pemimpin Berdampak (Impact Leader Zone), komitmen tinggi, dampak tinggi, ketika fondasi internal telah mapan dan dampak sosial mengemuka. Kampus di zona itu tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga relevan, dipercaya, dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh publik.

Pada akhirnya, COMMITS adalah ikhtiar kolektif agar peringatan seratus tahun kemerdekaan tidak berhenti sebagai seremoni historis. Momentum ini harus menumbuhkan makna kemerdekaan yang lebih kontekstual. Kemerdekaan yang diwujudkan melalui Tridarma Perguruan Tinggi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Commits: dari kita, tentang kita, untuk bangsa kita! (*)

’’Commits memetakan posisi perguruan tinggi berdasar kesiapan internal dan dampak sosial.’’

Galeri Foto

Bambang Pramujati
Klik untuk perbesar

Bambang Pramujati

Most Read

1

Merawat Trauma Mental Korban Keracunan MBG

Opini
2

Tanah Diblokir Pertamina, Warga Sulit Urus Tanah

CAKJEPE
3

Penambahan Kuota Haji

Opini
4

Banyak Anak yang Terima Makanan Rusak

CAKJEPE
5

Cek Saldo Dulu Sebelum Libur Nataru

CAKJEPE

Berita Terbaru

Dinamika Petinggi PBNU

Dinamika Petinggi PBNU

Opini•6 jam yang lalu
Indonesia Juara Dua Kasus TB

Indonesia Juara Dua Kasus TB

CAKJEPE•9 jam yang lalu

KORAN JAWA POS

Instagram

  • @koran.jawapos
  • @jawapos.foto
  • @jawapossport

YouTube

  • @jawaposnews

TikTok

  • @koranjawapos

Email Redaksi

  • editor@jawapos.co.id

Berlangganan Koran

Hubungi WhatsApp:

+628113475001

© 2025 Koran Online. All rights reserved.

KORAN JAWA POS
Instagram:@koran.jawapos@jawapos.foto@jawapossport
Twitter:@koran_jawapos
YouTube:@jawaposnewsTikTok:@koranjawapos
Email Redaksi:editor@jawapos.co.id
Berlangganan Koran Hubungi WA:+628113475001