Libur Natal dan tahun baru (Nataru) sebentar lagi tiba. Hampir semua orang akan bergerak bersamaan. Semua tempat penuh bersamaan. Masalah pun muncul bersamaan: kemacetan. Kendaraan menumpuk di jalan tol dan jalur-jalur wisata.
Hampir semua moda transportasi padat penumpang. Mulai kereta api, pesawat, bus antarkota, hingga bus pariwisata yang mengangkut rombongan study tour.
Kementerian Perhubungan sudah menyiapkan sejumlah upaya antisipasi untuk mendukung kelancaran Nataru. Di antaranya, rekayasa lalu lintas, mudik gratis, diskon tiket, pembatasan operasi truk, hingga ramp check massal.
Lewat ramp check alias pemeriksaan kelaikan kendaraan itu, pemerintah ingin meminimalkan kecelakaan yang umumnya meningkat saat masa liburan. Sebab, seiring dengan melonjaknya jumlah penumpang, sangat mungkin kendaraan dipaksa beroperasi tanpa henti.
Upaya tersebut amat bagus. Sayang, pengecekan kendaraan secara serius hanya digalakkan saat musim libur besar. Padahal, kecelakaan tidak mengenal hari baik. Jika alasan ramp check adalah keselamatan, logikanya, pemeriksaan ketat juga perlu dilakukan sepanjang tahun. Kendaraan bisa rusak kapan saja. Tidak hanya saat libur Nataru atau Lebaran.
Sebenarnya sudah ada pemeriksaan berkala melalui uji kir oleh dinas perhubungan. Tetapi, pengawasan kir sering lemah. Banyak kendaraan yang lolos tanpa benar-benar layak. Selain itu, ada praktik nakal sehingga stiker lolos uji kir lebih mudah didapat.
Ramp check adalah pagar keselamatan. Pemerintah wajib memperketat pengawasan dalam proses itu. Baik ke internal dishub maupun ke operator angkutan umum. Operator yang berkali-kali gagal dalam ramp check harus mendapat sanksi berat karena telah mengabaikan keselamatan.
Yang juga tidak boleh tertinggal adalah pemeriksaan sopir. Petugas ramp check harus memastikan sopir siap fisik, siap mental, cukup istirahat, dan bebas dari zat berbahaya (narkoba). Itu merupakan benteng terakhir keselamatan sebelum kendaraan berangkat. Kalau ’’sistem keamanan utama’’ itu bermasalah, kendaraan dengan kondisi sebagus apa pun bakal tidak berguna. Perjalanan bisa jadi berubah petaka. (*)



