SURABAYA – Meningkatnya hoaks, misinformasi, dan polarisasi opini di ruang digital membuat Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) mengambil langkah penguatan literasi etika bermedia sosial. Upaya itu diwujudkan melalui pelaksanaan SOHIB Berkelas Surabaya, lokakarya yang diikuti pengelola informasi publik dan admin media sosial pemerintah, Kamis (20/11).
Ketua Tim Pengelola Media Sosial Ditjen Komunikasi Publik dan Media (KPM) Kemenkomdigi Andrean Weby Finaka, menjelaskan bahwa tantangan ruang digital saat ini tidak hanya soal kemampuan teknis. Pengguna, kata dia, harus mampu memilah informasi, memahami etika, dan menjaga integritas dalam setiap aktivitas online.
Menurut Andrean, penguatan empat pilar literasi digital—digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety—menjadi kunci menjaga ruang siber tetap sehat dan produktif. “Melalui SOHIB Berkelas: Netizen Beretika, Konten Cerdas, Medsos Sehat, kami ingin ruang digital tetap aman dan beradab,” ujarnya.
Cegah Hoaks
Ia juga menekankan pentingnya kualitas konten pemerintah sebagai penopang percepatan Program Prioritas Nasional. Konten yang transparan dan akuntabel dinilai mampu mengurangi ruang bagi hoaks sekaligus meningkatkan kepercayaan publik.
Dengan derasnya arus informasi, Andrean berharap peserta lokakarya tidak hanya memahami pembuatan konten, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu menjaga kebersihan ekosistem digital dari misinformasi dan manipulasi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kominfo Jawa Timur Sherlita Ratna Dewi mengingatkan bahwa risiko digital di Jawa Timur makin beragam. Hoaks, manipulasi emosional, dan penyebaran narasi menyesatkan disebut sebagai ancaman yang harus diantisipasi secara serius oleh pemerintah maupun masyarakat. (ana/gal)


