Selalu Ada Yang Baru!
Samudra Hindia, 1934 Madame Susan, pada perjumpaan pertama, kami sama-sama berada di atas dek. Beberapa hari setelah saya hanya mengurung diri di kabin karena perpisahan ternyata telah merenggut sebagian jiwa saya. Saya harus menjadi orang lain dan menyesuaikan diri dengan kondisi baru ini. Saya terlahir kembali sebagai seorang asing yang kebingungan dan kadang ... tengah malam buta, saya bertanya siapa saya sebenarnya dan apakah Tuhan hanya menjadikan saya seperti ini? Seperti ini saja? Kadang, saya juga merenung sambil menatap percikan air laut yang tampak dari kaca bundar kabin. Datang ke tanah nun jauh di sana mungkin terdengar menjanjikan. Saya tidak tahu bagaimana mendefinisikannya, tetapi sejak terakhir kali melihat pelabuhan Berlin, setengah jiwa saya seolah tertinggal di sana. Bukankah lebih baik saya bertempur di garis depan bersama Fuhrer? Bukankah sebaiknya saya ikut dalam rombongan yang akan berperang itu? Saat makan malam, saya begitu cepat menghabiskan santapan dan naik ke atas dek, mencari kesendirian dan meredakan amukan yang bergejolak dalam diri. Pada saat-saat seperti ini, hanya buku-buku Cicero dan Emile Zola menjadi teman seperjalanan yang saya miliki. Mereka menyebut sastra adalah pilar lain yang mesti dibangun sekokoh Arc de Triomphe, itulah yang saya suka dari semangat mereka. Surat-surat kabar secara konsisten juga...