JAKARTA - Kasus tingginya angka perceraian memicu keprihatinan dari Kementerian Kebudayaan (Kemenbud). Mereka berupaya menekan kasus perceraian, khususnya di keluarga penghayat kepercayaan kepada Tuhan YME.
Seratus lebih perempuan penghayat mendapatkan pelatihan khusus tentang keutuhan keluarga. Mereka yang tergabung dalam kelompok Puanhayati itu mengikuti seminar pranikah bertajuk Pasangan Cerdas, Pengasuhan Hebat Berbudi Pakarti Luhur di Semarang, Jawa Tengah (15/11). Seminar itu membahas bagaimana membina rumah tangga dan menikah yang baik di kalangan penghayat.
Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kemenbud Restu Gunawan mengatakan, mereka ingin memberikan pemahaman pasangan penghayat yang ingin menikah. Dia mengatakan, perlu memperkuat literasi keluarga, kesetaraan gender, dan perlindungan anak di komunitas penghayat.
"Sesuai dengan bidangnya, Puanhayati harus memberikan pemahaman kepada mereka bagimana (pemahaman) pranikah," jelasnya. Tujuan utama kegiatan itu adalah mempersiapkan perempuan penghayat menghadapi tantangan dalam pernikahan yang semakin kompleks. Mulai dari meningkatnya pernikahan dini, tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, hingga penelantaran anak.
"Ketidaksiapan emosional, sosial, dan ekonomi sering kali menjadi pemicu utama berbagai persoalan tersebut," jelasnya. Restu mengatakan, pemerintah ingin membentuk keluarga yang kuat, harmonis, dan rukun.
Literasi Pranikah Sangat Penting Disosialisasikan
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) Amurwani Dwi Lestariningsih menyambut baik kegiatan yang nahkodai perempuan penghayat lewat organisasi Puanhayati itu. "Tugas kami yang ada di pemerintahan bagaimana mensosialisasikan keutuhan rumah tangga agar mencegah angka penceraian," jelasnya.
Menurut Amurwani, penting menciptakan pemahaman bagi perempuan soal literasi pranikah. Pasalnya, hal itu bisa mencegah terjadinya perceraian. Ketidakharmonisan dalam pernikahan, apalagi sampai berujung perceraian, akan berdampak pada anak-anak. Mereka rentan jadi korban perundungan karena berasal dari keluarga yang tidak komplet.
Dwi Setiayani Utami, perwakilan organisasi Puanhayati, mengatakan bahwa seminar itu bertujuan memberikan pemahaman komprehensif mengenai kesiapan memasuki kehidupan pernikahan. Sekaligus jadi momen pembekalan dalam mempersiapkan kualitas pengasuhan yang berakar pada nilai luhur dan budaya. (wan/oni)




