Yoan Narotama mengibaratkan dirinya sebagai jembatan. Dia menghubungkan orang-orang yang punya sepeda bekas dengan orang yang membutuhkan sepeda tersebut. Lebih dari itu, dia ikut merestorasi sepeda sebelum diberikan. Juga memberikan garansi service. Gratis pula.
Hadyan Nandana, Surabaya
Pedal, pelana, inner tube, ban, bahkan frame sepeda bergelayutan di dinding, rak, dan sudut teras sebuah rumah. Barang printilan itu bukan ornamen dinding. Melainkan, sebuah bahasa keberkahan yang Yoan Narotama jalankan melalui gerakan Mundhut Berkah.
Movement ini merupakan langkah sosial yang ia rawat sejak 10 tahun lalu. Dimulai dari makan gratis, membagikan baju bekas layak pakai, hingga amal Jumat berkah. Lalu, lima tahun terakhir misi itu dirawat dengan berbagi sepeda bekas-layak pakai.
Ia menjadi jembatan antara donatur dengan orang yang membutuhkan. Sepeda-sepeda bekas milik kolega, tetangga atau bahkan orang tak dikenal nun jauh dari tempat tinggalnya. Seperti dari NTT, NTB, hingga Jakarta. Sepeda bekas berkarat, ringsek, diselimuti debu dan bahkan ditumbuhi tanaman ia restorasi untuk diberikan ke yang membutuhkan.
Kenapa berbagi sepeda? Sebetulnya karena memang Yoan suka bersepeda. Apalagi kalau nostalgia masa kecil dulu, sepeda itu baginya barang mahal. ”Saya dulu saking inginnya sampai sering numpang ke sepeda teman, sampai duduk di stang stirnya. Mungkin karena momentum itu yang saya wujudkan dari movement ini,” papar Yoan.
Yoan aktif dan tergabung dengan komunitas pesepeda bernama GX-ID Gerbangkakertosusilo. Dia ketua komunitas itu.
”Sering dikira orang Madura, ya, karena memang ada keturunan Madura, banyak besi yang cemrentel,” imbuhnya dengan kelakar.
Yoan bersama istrinya, Widuri, yang juga menginisiasi Mundhut Berkah bekerja sama dengan para guru di sekolah-sekolah lingkungan rumahnya di Pepe, Sedati, Sidoarjo. Dia juga menggandeng bengkel sepeda langganan. ”Dan toko sparepart tempat saya ngutang untuk fasilitas sepeda ini,” ujar Yoan.
Yoan merestorasi sepeda bekas. Kemudian para guru mencari anak yang membutuhkan. Kebanyakan penerimanya adalah siswa sekolah. Guru melaporkan kebutuhan sepeda itu kepada Yoan. Lantas siswa datang mengambil sepeda di rumah Yoan di Puri Permata Regency yang juga markas dari Mundhut Berkah. Dia tidak suka acara seremonial.
”Berbagi itu harus memuliakan, tidak membuat malu anaknya. Makanya sepeda diambil ke rumah,” tutur Yoan.
Ketika sepeda itu rusak, Yoan memberikan jasa service dan penggantian sparepart secara gratis. ”Konsepnya saya garansi full. Seumur hidup bagi penerima sepeda jika ada kerusakan,” ujarnya Yoan. (*/jun)



