MELBOURNE – Pemerintah Indonesia melalui KJRI Melbourne mulai membidik peluang kerja sama baru dengan Pemerintah Australia, khususnya negara bagian Victoria dan Tasmania. Sektor Kesehatan jadi salah satu fokus kerja sama.
Merujuk pada data pemerintah Australia, terdapat sekitar 86.500 kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 2024-2027. Angka ini diprediksi mencapai 335 ribu hingga beberapa tahun ke depan. Tenaga kesehatan ini mencakup dokter, perawat, layanan lanjut usia (aged care), social assistance dan healthcare.
“Kebutuhan ini untuk seluruh wilayah Australia,” ujar Konjen RI Melbourne Yohannes Jatmiko Heru Prasetyo dalam keterangannya pada media di rangkaian acara Trade and Economic International Media Visit Sydney-Melbourne pada 15-22 September 2025, dikutip Minggu (23/11). Acara itu juga dihadiri oleh wartawan Jawa Pos Zalzilatul Hikmia (Mia).
Kebutuhan yang cukup besar ini dinilai bisa menjadi peluang bagi tenaga kesehatan Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Khususnya untuk perawat dan aged care yang sebagian besar posisi tersebut saat ini diisi oleh tenaga kesehatan asal Filipina dan Nepal.
Kendati demikian, Jatmiko menekankan pentingnya tenaga kesehatan yang memiliki standar sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah Australia. Menurutnya, dalam kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), telah disepakati adanya program katalis. Yang mana, dalam program ini disepakati adanya upaya mencetak tenaga age care dengan sertifikasi K3 sesuai standar Pemerintah Australia. Hal ini pun telah dikerjasamakan dengan pihak dari Indonesia seperti Binawan Inti Utama hingga Living Well dengan memasukkan kurikulum khusus ke dalam pembelajaran calon perawat ataupun aged care yang akan dikirim ke Australia.
Dalam upaya membidik sektor kesehatan ini, KJRI Melbourne telah bekerja sama dengan Festival Indonesia Inc. menyelenggarakan Festival Indonesia Business Forum 2025 pada 20 Oktober 2025 lalu. Forum telah dihadiri oleh lebih dari seratus perwakilan kalangan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri kesehatan maupun jasa kesehatan dari negara bagian Victoria dan Australia.
“Tujuannya untuk membahas langkah konkret memperkuat kolaborasi di bidang pengembangan farmasi dan vaksin, bioteknologi, penerapan teknologi digital pada kesehatan, layanan lanjut usia (aged care), serta pengembangan tenaga kesehatan Indonesia-Australia,” paparnya.
Diskusi dalam Forum juga telah menggarisbawahi pentingnya penguatan people-to-people contact, di antaranya melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini kiranya dipandang perlu dalam mengatasi perbedaan budaya maupun peningkatan standar manajemen pada level yang setara.
Di sisi lain, diakuinya, secara umum total perdagangan Indonesia dengan negara bagian Victoria pada kurun waktu 4 tahun terakhir meningkat sebesar 16,21 persen dari AUD 2.095.027.000 pada 2020 menjadi AUD 3.453.829.000 pada 2024. Secara tren perdagangan, neraca perdagangan Indonesia terhadap Victoria masih positif. (mia/oni)



